JAKARTA – Pengembangan sektor hulu migas tidak dibatasi oleh sumberdaya domestik namun juga pengembangan internasional melalui akuisisi seperti yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dalam beberapa tahum belakangan. Saat ini, perseroan telah memiliki beberapa aset di Algeria, Malaysia dan Irak.

“Baru-baru ini Pertamina berhasil meningkatkan kapasitas pengolahan dan petrokimia nasional melalui on-streamnya unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Cilacap serta pengoperasian kembali kilang aromatik TPPI di Tuban,” tutur Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dalam Pertamina Energy Forum 2015 di Jakarta, Selasa (24/11).

Pertamina menggelar Pertamina Energy Forum 2015‎, yang merupakan rangkaian acara pameran dan diskusi dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Pertamina ke-58, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Hadir dalam acara ini sekitar 350 orang yang merupakan perwakilan dari perusahaan-perusahaan rekanan Pertamina, akademisi, pakar nasional dan internasional sektor minyak, gas, dan energi baru terbarukan (EBT) serta perwakilan pemerintah.

Acara yang sebelumnya direncanakan akan dibuka Presiden Joko Widodo, dibuka oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. “Terselenggaranya Pertamina Energy Forum ini diharapkan bisa memperoleh sumbang pemikiran baru dalam penyediaan energi yang lebih efisien, ramah lingkungan dan berkesinambungan,” kata Rini.

Dia menekankan pentingnya penyediaan energi yang memadai bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurutnya,‎ saat ini hampir tidak ada satu pun peran negara yang terlepas dari energi. “Peningkatan konsumsi energi menjadi hal yang tak dapat dihindarkan seiring dengan meningkatnya pembangunan dan konsumsi energi,” katanya.

Namun, Rini mengingatkan penyediaan energi tidak boleh serampangan. Terdapat empat hal yang harus dipenuhi yakni‎ ketersedian, kemampuan akses, kemampuan beli dan kelestarian lingkungan. “Penyediaan energi harus bisa memnuhi baik dalam akselerasi peningkatan energi dalam jangaka pendek maupun jaminan ketersediaan energi jangka panjang. Jangan sampai energi besar di masa ini tapi anak cucu kita tidak dapat apa-apa,” ujarnya.

Dwi Soetjipto menambahkan Pertamina memiliki komitmen untuk dapat menyediakan energi berkualitas yang terjangkau dan merata di seluruh Nusantara. “Ini seiring dengan paradigma pemerintah untuk menjadikan komoditas migas nasional sebagai penggerak ekonomi nasional,” tegasnya.

Menurut dia, tantangan terbesar yang dihadapi Pertamina adalah ketersediaan sumberdaya migas nasional yang semakin menurun serta infrastruktur pengolahan dan distribusi yang belum memadai.(LH)