JAKARTA – Pengembangan usaha PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina (Persero) untuk lokasi tambang batu bara di Peranap, Riau dinilai menjadi langkah besar pengembangan hilirisasi batu bara dalam negeri. Bukit Asam dan Pertamina juga menggandeng Air Products and Chemicals untuk mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya, terutama dimethylether (DME).

“Usaha gasifikasi batu bara ini akan berlokasi di mulut Tambang Batubara Peranap, Riau, dan memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan batu bara sebesar 9,2 juta ton per tahun,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam di Jakarta, Rabu (16/1).

Selain proyek di Peranap, Bukit Asam juga telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri pada Desember 2017 lalu untuk hilirisasi batu bara menjadi urea, DME dan polypropylene di Tambang Tanjung Enim.

Menteri BUMN Rini Soemamo menyambut baik kerja sama Bukit Asam, Pertamina dan Air Products,  serta mengharapkan agar hilirisasi batu bara segera terwujud. Indonesia harus tetap mengembangkan industri hilirisasi batu bara bukan hanya dalam rangka mengurangi impor tapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor.

“Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batu bara dengan memproduksi clean energy berupa syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME bahkan sampai solar dan avtur,” tandas Rini.(RA)