JAKARTA – Genting Oil, operator Blok Kasuari, Papua Barat tersebut telah menyerahkan proposal pengembangan terbaru kepada Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan proposal tersebut sudah selesai disusun dan diserahkan ke SKK Migas yang selanjutnya langsung diserahkan kepada Menteri ESDM.
Dengan begitu maka keputusan kelanjutan pengembangan Blok Kasuri sudah berada di tangan Menteri ESDM.
“Tinggal menunggu persetujuan menteri. Kami sudah kasih hasil analisa terakhirnya,” kata Wisnu saat ditemui Dunia Energi di Jakarta, Senin (11/12).
Dia menegaskan seluruh perhitungan terkait volume, harga serta konsumen gas sudah disertakan dalam proposal yang diajukan Genting Oil.
Meskipun menolak membeberkan pihak pembeli dan harga gas Blok Kasuari, Wisnu memberikan petunjuk bahwa nantinya gas akan disalurkan ke Kawasan Ekonomu Khusus (KEK) Bintuni.
Hal itu sesuai dengan rencana sebelumnya yang sempat diusulkan. “Tetap akan ada alokasi untuk yang di industri (Bintuni),” tukas dia.
Sejauh ini baru ada beberapa nama yang dikaitkan dengan penyerapan gas Blok Kasuri yang paling santer dihubungkan adalah PT Pupuk Indonesia. Namun harga yang disanggupi para calon penyerap gas terbilang rendah, yakni hanya US$ 3-US$4 per MMBTU. Padahal harga keekonomian yang diajukan Genting Oil sekitar US$ 6-US$7 per MMBTU.
Setelah berdiskusi dengan Kementerian Perindustrian, Genting Oil akhirnya menurunkan harga gas menjadi US$5,21 per MMBTU.
Pemerintah kemudian meminta Genting Oil merevisi proposal pengembangan. Pada pertengahan 2017, pemerintah meminta pemotongan berbagai anggaran biaya pengembangan Blok Kasuri.
Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) yang sempat disampaikan perusahaan minyak dan gas asal Malaysia tersebut, biaya pengembangan satu sumur bisa mencapai antara US$80 juta-US$85 juta. Padahal estimasi SKK Migas tersebut masih menggunakan acuan saat harga minyak tinggi. Sementara harga minyak dalam dua tahun terakhir terbilang  rendah, sehingga seharusnya biaya pengambangan satu sumur tidak sampai sebesar itu atau bahkan hanya US$ 30 juta rata-rata setiap satu sumur.
Aktivitas pengembangan Blok Kasuari terhenti sejak 2016 seiring pembahasan revisi PoD yang disampaikan Genting Oil untuk pengembangan potensi temuan di Asap-Kido-Merah.
Genting juga mengharapkan pembahasan PoD bisa rampung dan disetujui pada akhir 2017.
SKK Migas menargetkan kapasitas produksi Blok Kasuri sebesar 285 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), sekitar 170 MMSCFD di antaranya akan dialokasikan untuk kawasan industri Bintuni.(RI)