JAKARTA – Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) dari lapangan-lapangan tua (mature fields).

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan pengelolaan mature field sebaiknya mempertimbangkan sisa cadangan (remaining reserve).

“Saya ambil contoh lapangan PT Pertamina EP, yang diduitkan bukan field tapi reservenya. Jadi remaining reserve. Angka atau data yang menentukan mana yang bisa diduitkan,” kata Amien saat diskusi bertajuk “Making Money From Nature Fields: The Sprit of Indonesia’s Oil and Gas Producers yang digelar Dunia Energi di Jakarta, Rabu (7/11).

Amien menekankan perlunya ketelatenan dalam pengelolaan lapangan-lapangan tua. Selain mempelajari karakter lapangan, reservoir, juga perlu memperhatikan sumber daya manusianya. Masalah sumber daya manusia perlu diperhatikan dengan baik.

“Kalau engineer tidak mau stay di lapangan, bagaimana? Ini paling krusial di Indonesia. The man behind the gun kalau tidak di drive maka semangatnya bisa kurang. Hunan resources management harus dipegang betul. Kalau fokus ke output saya yakin mereka tidak keberatan ditugaskan ke lapangan-lapangan ini (mature fields),” kata Amien.

Nanang Abdul Manaf, Presiden  Direktur PT Pertamina EP, mengatakan produktivitas lapangan tua hingga kini masih menjadi suatu tantangan bagi perusahaan minyak dan gas (migas) nasional. Strategi pengelolaan lapangan tua perlu mengedepankan upaya-upaya agar lapangan tersebut tetap memberikan nilai keekonomian yang tinggi.

“Mengelola aset yang mature kalau dipaksa dilakukan adalah dengan optimalisasi. Kalau produktivitas rendah dan cost rendah, ini dilema,” kata Nanang.

Dia menambahkan 90% dari total 300-an lapangan yang dikelola Pertamina EP sudah termasuk mature fields.

Pertamina EP, kata Nanang, sudah melakukan studi yang mengarah pada CO2 flooding seiring pengelolaan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru. Lapangan gas Jambaran Tiung Biru diyakini memiliki sumber CO2 yang cukup besar.

“Sebesar 90 juta kaki kubik tiap hari akan dihasilkan CO2 dari Jambaran Tiung biru. Dua tahun ke depan kami harus siap menampung CO2 yang dihasilkan Jambaran. Mungkin 2021 kita confidence untuk implementasikan CO2 flooding untuk EOR di Lapangan Sukowati. Harapannya bisa diimplementasikan, studi bisa jalan sesuai skenario dan punya impact nasional,” kata Nanang.(RA)