JAKARTA– Pengambilalihan Blok Mahakam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur oleh PT Pertamina Hulu Mahakam, cucu usaha PT Pertamina (Persero), bisa mewujudkan kemandirian energi nasional. Fahmy Radhi, pengemat migas dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan pengambilalihan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie menjadi preseden baik, yaitu Pertamina akan secara otomatis mendapatkan kesempatan mengelola ladang migas, yang kontraknya akan berakhir.

“Pertamina diharapkan mengelola ladang migas di negeri sendiri sehingga bisa lebih memberikan keuntungan bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai amanah konstitusi,” ujarnya seperti dikutip Antara di Jakarta, Senin (1/1).

Menurut Fahmy, pengambilalihan Blok Mahakam merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Pertamina. Karena itu, badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi ini harus bisa membuktikan kemampuannya dengan tidak hanya memanfaatkan peluang pengelolaan Blok Mahakam, tetapi juga memenangkan tantangan pertaruhan untuk mencapai kemandirian energi.

Per 1 Januari 2018, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), menyerahkan pengelolaan Blok Mahakam dari Total ke Pertamina. Blok Mahakam saat ini merupakan ladang minyak dan gas terbesar di Indonesia setelah Blok Cepu.

Pemerintah memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam dan menyerahkannya kepada Pertamina sebagai representasi negara per 1 Januari 2018.
Kontrak kerja sama Blok Mahakam antara pemerintah dan Total E&P Indonesie bersama Inpex Corporation ditandatangani pada 1966.

Pada 1997, kontrak kerja sama selama 30 tahun pertama berakhir dan diperpanjang untuk 20 tahun atau berlaku hingga 2017.

Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam kini masih menyisakan cadangan 57 juta barel minyak, 45 juta barel kondensat, dan 4,9 TCF gas.

Saat ini, produksi Blok Mahakam sekitar 1.200 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan 40.000 barel minyak dan kondensat per hari.

Sebelumnya, Pertamina berhasil membuktikan pengelolaan blok migas pascaterminasi yakni Blok Offshore North West Java (ONWJ) pada 2009 dan West Madura Offshore (WMO) pada 2011. (DR)