JAKARTA – Lapangan BD milik Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) di lepas Pantai Kabupaten Sampang, Madura mulai mengalirkan gas untuk pertamakali sejak dikembangkan 20 tahun lalu atau sejak 1997 dengan kapasitas produksi 100 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

“Ini sebuah milestone untuk produk (gas) kita, dengan (produksi puncak) 100 MMSCFD dan 7.000 barel kondensat per hari. Produksi proyek ini turut berkontribusi pada peningkatan produksi migas nasional,” kata Arcandra Tahar,  Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangan resminya, Jumat (22/9).

Menurut Arcandra,  ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari pengembangan lapangan BD Madura,  yakni proses atau lamanya waktu sejak masa discovery hingga produksi yang belum efisien.

“Dulu 70-an, mulai dari discovery sampai keluar (gas) itu di bawah lima tahun. Rata-rata sekarang 10-15 tahun. Proses inefisiensi ini yang harus diperbaiki. Di negara lain, tidak sampai lima tahun,” tukas dia.

Proses bisnis yang lama memiliki konsekuensi dalam berbagai aspek, seperti biaya modal membengkak, biaya SDM ahli meningkat, biaya pemakaian peralatan tambah besar, target capaian produksi tak segera terealisasi, dan sebagainya.

“Prinsipnya harus lebih efisien dan sejumlah perizinan yang menghambat kita pangkas,” kata Arcandra.

Dia pun meyakini dengan kebijakan gross split yang dikeluarkan pemerintah mampu menjawab tantangan bisnis hulu migas bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), terutama dari sisi efisiensi.

“Yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inefisiensi ini adalah dengan gross split. Yang kita harapkan dari gross split adalah proses procurement lebih cepat, efisien dan menekan biaya,” tegas Arcandra.

Lapangan BD Madura merupakan bagian dari Wilayah Kerja (WK) Madura Strait, yaitu 65 kilometer sebelah timur Surabaya dan 16 kilometer sebelah selatan Pulau Madura. Komersial gas lapangan BD Madura sudah dimulai pada bulan Juli 2017 dengan periode produksi 13 tahun dan plateau 12 tahun. Lapangan BD Madura memiliki cadangan gas sebesar 442 miliar kaki kubik (BSCF).

Produksi gas dihasilkan dari empat sumur dengan dry wellhead tower dengan kedalaman air 50 meter dan ditransportasi melalui pipa bawah laut menuju FPSO.

Setelah itu, gas dikirim melalui pipa 16 inci sepanjang +52 km ke GMS (Gas Metering Station) milik HCML di Desa Semare, Pasuruan dan selanjutnya diserahkan kepada para pembeli gas Perusahaan Gas Negara dan PT Inti Alasindo Energy.(RI)