JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel dalam matte, masih mencetak rugi bersih US$21,47 juta pada semester I 2017, lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu yang merugi US$20,04 juta. Kerugian perseroan terutama disebabkan besarnya beban pokok yang mencapai US$309,88 juta, jauh melampaui pendapatan yang dihasilkan.

Pada enam bulan pertama tahun ini Vale mencetak pendapatan US$291,88 juta, naik 18,2% dibanding periode yang sama 2016 sebesar US$246,8 juta. Selain karena peningkatan volume penjualan nikel dalam matte, kenaikan pendapatan juga ditopang kenaikan harga realisasi rata-rata.

Penjualan nikel dalam matte Vale tercatat naik dari 36.672 ton pada semester I 2016 menjadi 37.144 ton pada enam bulan pertama tahun ini. Harga realisasi rata-rata juga naik dari US$6.731 per ton menjadi US$7.858 per ton.

Namun kenaikan pendapatan masih lebih rendah dibanding kenaikan beban pokok yang mencapai 18,8% dibanding semester I tahun lalu sebesar US$260,12 juta. Akibatnya, perseroan mencatat rugi kotor hingga US$17,99 juta.

“Kami menyadari pentingnya tetap fokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya,” kata Nico Kanter, Chief Executive Officer dan Presiden Direktur Vale Indonesia.

Vale pada semester I 2017 telah memproduksi 37.331 metrik ton nikel dalam matte, naik tiga persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 36.256 ton. Peningkatan produksi semester I terutama didorong kenaikan produksi pada periode April-Juni 2017.

Volume produksi Vale kuartal II yang sebesar 20.107 ton, meningkat 17% dibanding produksi kuartal I 2017 sebesar 17.224 ton. Secara year on year, produksi kuartal II tahun ini juga lebih tinggi empat persen dibanding produksi kuartal II 2016 yang mencapai 19.362 ton.

“Melihat produksi hingga kuartal II, kami tetap mempertahankan target produksi 2017 sebesar 80 ribu metrik ton nikel dalam matte,” kata Nico.(AT)