Infrastruktur distribusi gas PGN.

Infrastruktur distribusi gas PT PGN (Persero) Tbk.

JAKARTA – Sepanjang tahun lalu PT PGN (Persero) Tbk berhasil mencatatkan pendapatan neto sebesar USD 3.001 juta. Pencapaian emiten energi yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan kode PGAS ini, meningkat 16% dibandingkan periode yang sama tahun 2012.

Demikian seperti dilansir dari Laporan Keuangan Konsolidasian untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2013 dan 2012, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman, dan Surja (anggota Ernst & Young Global).

Dalam Laporan Keuangan yang dirilis ke publik akhir Februari 2014 lalu itu disebutkan, selama tahun yang berakhir 31 Desember 2013, PGAS mencatatkan pendapatan neto sebesar USD 3.001 juta, meningkat 16% dibandingkan periode yang sama tahun 2012.

Pada 2013, laba bruto PGAS sebesar USD 1.418 juta, laba operasi sebesar USD 934 juta, serta EBITDA sebesar USD 1.121 juta. Dengan kinerja pendapatan usaha perusahaan dan pengaruh pergerakan nilai tukar mata uang, PGAS mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun 2013 sebesar USD 861 juta.

Dari sisi beban pokok pendapatan, kenaikan harga beli gas dari pemasok mulai 1 September 2012 dan 1 April 2013, mempengaruhi kenaikan beban pokok pendapatan di periode 2013 sebesar 43% dibanding periode yang sama tahun lalu. Untuk mengantisipasi kenaikan harga beli gas dari pemasok, PGAS melaksanakan penyesuaian harga jual gas ke pelanggan.

Di tengah kondisi makro ekonomi  Indonesia sepanjang 2013, penyajian laporan keuangan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (USD) memberikan dampak terhadap pencatatan pendapatan PGAS di 2013. PGAS menerima pembayaran dalam mata uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat untuk gas yang dijual kepada pelanggan. Pada akhir 2013, Rupiah melemah 26% menjadi Rp12.189 per USD dari Rp9.670 per USD akhir tahun 2012. Pelemahan ini berdampak pada pencatatan porsi pendapatan dalam mata uang Rupiah, sehingga laba bruto pada 2013 menjadi sebesar USD 1.418 juta.

Pada 2013, PGN juga mencatatkan aset sebesar USD 4.363 juta, meningkat dari USD 3.908 juta di tahun 2012. Belanja modal dan penyertaan meningkat dari USD 172 juta di 2012, menjadi USD 681 juta di 2013. Liabilitas Perseroan meningkat tipis dari USD 1.553 juta di 2012, menjadi USD 1.636 juta di 2013. Sedangkan ekuitas Perseroan melonjak dari USD 2.355 juta di 2012, menjadi USD 2.727 juta di 2013.

Pendapatan dari kegiatan usaha distribusi PGAS selama 2013 meningkat, karena adanya kenaikan volume distribusi PGAS dan penjualan gas Anak Perusahaan, dari 807 MMSCFD menjadi 824 MMSCFD pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja volume distribusi tersebut merupakan kontribusi dari peningkatan volume pasokan gas dari lapangan Corridor Block, dan dimulainya pemanfaatan pasokan LNG, serta  didukung kesiapan para pelanggan eksisting dan pelanggan baru.

Aktivitas Bisnis Hulu

Di 2013, usaha transmisi PGAS dan anak perusahaannya, PT Transportasi Gas Indonesia, menyalurkan gas sebanyak 854 MMSCFD, dari 877 MMSCFD pada periode yang sama tahun 2012. Penurunan ini akibat penurunan penyerapan gas oleh offtaker di Singapura, dan berhentinya penyaluran gas ke PLN Medan pada Juli 2013, yang merupakan dampak dari berhentinya salah satu sumber pasokan gas untuk wilayah Medan.

PGAS terus mengupayakan peningkatan ketersediaan pasokan gas, melalui skema harga yang mendukung produsen untuk meningkatkan produksi, dengan tetap memperhatikan daya beli pelanggan serta pengembangan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Lampung.

Dalam upaya menambah ketersediaan pasokan gas dan pengembangan di sektor hulu, anak perusahaan PGAS yaitu PT Saka Energi Indonesia (SEI), melakukan penyertaan dan pengembangan di beberapa blok migas di Indonesia guna mendorong peningkatan produksi migas di Indonesia.

SEI melakukan partisipasi investasi sebesar 25% pada Blok Pangkah di 2013, dilanjutkan dengan akuisisi 75% saham Blok Pangkah tersebut di awal 2014. Aksi korporasi ini merupakan bagian strategi PGAS untuk meningkatkan pasokan gas untuk kebutuhan domestik dalam jangka panjang.

Dengan menjadi operator pada salah satu blok di hulu, PGAS melalui SEI memperkuat posisi sebagai perusahaan penyedia energi berkelas dunia. SEI juga melakukan penyertaan pada Blok Ketapang di Jawa Timur, dan  Blok Bangkanai di Kalimantan Tengah, yang diperkirakan berproduksi mulai akhir 2014.

Luaskan Jaringan Distribusi

Ditengah berbagai upaya pengembangan bisnisnya, PGAS tetap fokus untuk memperkuat bisnis distribusi dan transmisi gas di Indonesia. Integrasi antara bisnis distribusi dan transmisi diperlukan, agar PGAS dapat menjalankan tugasnya dalam mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas di Indonesia, sesuai instruksi Presiden Republik Indonesia pada 29 Mei 2012, tentang Kebijakan Penghematan Energi Nasional.

Untuk mendukung program konversi BBM ke BBG, PGAS mulai mengoperasikan fasilitas Mobile Refueling Unit (MRU) untuk sektor transportasi di Jakarta sejak triwulan III – 2013, dan mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) Pondok Ungu di Bekasi pada akhir 2013.

Direktur Utama PGAS, Hendi Prio Santoso menegaskan, tujuan utama seluruh kegiatan usaha yang dilakukan Perseroan, adalah untuk meningkatkan pemanfaatan gas di dalam negeri. “Selama bertahun-tahun, gas bumi yang diproduksi di Indonesia lebih banyak diekspor karena kita tidak memiliki infrastruktur yang memadai apalagi terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia,” kata Hendi.  

“Kami akan membantu pemanfaatan maksimal produksi gas Indonesia bagi kepentingan domestik, dengan terus melanjutkan pembangunan integrasi infrastruktur gas. Kebijakan dan strategi yang telah kami terapkan, mendukung kapasitas internal kami baik dari sisi teknis dan keuangan, untuk meneruskan proyek-proyek pembangunan infrastruktur gas,” jelas Hendi.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)