medco-kantorJAKARTA – Situasi kurang menguntungkan dialami PT Medco Energi Internasional Tbk pada Kuartal II -2013. Pendapatan emiten energi berkode MEDC ini dari aktivitas penjualan, turun tipis 6,7%. Yakni dari USD 459,5 juta di Kuartal II – 2012, menjadi hanya USD 428,5 juta di Kuartal II – 2013.

Direktur Utama dan CEO MEDC, Lukman Machfoedz mengungkapkan, turunnya pendapatan dari penjualan pada tiga bulan kedua di 2013 ini, akibat turunnya harga dan volume produksi minyak MEDC.

Ia menerangkan, pada 2012 MEDC berhasil menjual minyaknya seharga UAS 120,8/bbl. Sedangkan di 2013, harga minyak MEDC hanya di kisaran USD 109,5/bbl. Laju produksi minyak tahun ini juga lebih rendah di kisaran 26,2 MBOPD (Million Barrel Oil Equivalen Per Day). Sedangkan pada 2012, produksi minyak MEDC di kisaran 31,6 MBOPD.

Produksi Terhambat Birokrasi

 Lukman menuturkan, turunnya produksi minyak MEDC di 2013 ini, bukan semata-mata disebabkan faktor teknis seperti penurunan produksi alamiah (natural decline) di beberapa lapangan minyak tua, maupun keterlambatan lifting produksi dari suatu lapangan minyak, yakni di Bawean.

“Turunnya produksi minyak juga disebabkan faktor non teknis, termasuk hambatan birokrasi seperti perizinan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun karena adanya tumpang tindih lahan atau wilayah operasi dengan perkebunan, juga pertambangan,” ujar Lukman di Jakarta, Minggu, 28 Juli 2013.  

Hambatan birokrasi tersebut, ujarnya, telah menimbulkan keterlambatan pada kegiatan pengeboran minyak di lapangan. Disamping itu, juga ada masalah keamanan terkait dengan pencurian minyak di jalur pipa.

Terkait dengan penurunan produksi alamiah, Lukman mengaku pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan situasi itu. Diantaranya dengan melakukan kegiatan pengeboran dan workover, yang akan terus dilakukan hingga akhir tahun ini.

“Perseroan dapat menahan laju penurunan terutama dari lapangan minyak yang sudah tua. Sejauh ini Perseroan telah berhasil mengurangi laju penurunan alami dari 20-25% per tahun menjadi 10-15% per tahun,” jelas Lukman lagi.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)