JAKARTA– Pemerintah Thailand telah menyetujui perusahaan Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT) melalui anak usahanya, EGAT International Co (EGATi), untuk membeli 12 persen saham tambang batubara PT Adaro Indonesia,  anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO), perusahaan batubara terbesar di Tanah Air   berdasarkan  market share, senilai US$325 juta.

Jenderal Sansen Kawekamnerd, juru bicara Pemerintah Thailand, mengatakan rencana investasi oleh anak usaha EGAT itu akan mendukung strategi jangka panjang perusahaan itu untuk mengamankan suplai batubara. Pembelian saham Adaro Indonesia itu akan dilakukan  secara bertahap hingga 2027.

“Porsi pengambilan pertama senilai US$ 164 juta akan dilakukan tahun ini dan sisanya terbagi selama periode 2022 hingga 2027,” ujar Sansen.

Dana untuk akuisisi Adaro Indonesia itu berasal dari EGAT dan dividen dari investasi EGATi. EGATi adalah perusahaan yang berkegiatan pada bidang proyek energi dan pembangkit listrik.

Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Adaro Energy, mengatakan pihaknya akan memberikan informasi jika transaksi tersebut sudah tuntas. Adaro  hingga kini fokus dalam pengembangan bisnis listrik dan memastikan neraca keuangan tetap sehat di tengah siklus harga komoditas.

Hingga semester I 2016, Adaro Energy membukukan kenaikan laba bersih 2,48% menjadi US$ 122,11 juta dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 119,15 juta di tengah tekanan harga komoditas tambang batu bara.  Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy, mengatakan adanya peningkatan dalam dinamika pasar batu bara termal akhir-akhir ini, ditopang oleh rasionalisasi pasokan di negara-negara utama penghasil batu bara serta permintaan yang berkelanjutan.

“Kami tetap meyakini bahwa penurunan pasar saat ini bersifat siklikal dan bahwa fundamental jangka panjang bat7u bara tetap kokoh,” ujarnya baru-baru ini.

Pendapatan usaha emiten bersandi saham ADRO itu terkoreksi 15,95% menjadi US$1,17 miliar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$1,39 miliar. Namun, beban pokok pendapatan berhasil ditekan sebesar 20,56% menjadi US$873,12 juta dari US$1,09 miliar. Sehingga, laba kotor meningkat tipis 1,23% menjadi US$302,68 juta dari US$298,99 juta.

Harga jual rerata batu bara Adaro turun 17% pada semester I/2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Volume penjualan sepanjang Januari-Juni 2016 juga stagnan sebanyak 27,1 juta ton. Produksi batubara perseroan mencapai 25,9 juta ton. Hingga akhir tahun, perseroan membidik target produksi batu bara sebanyak 52-54 juta ton. (DR)