JAKARTA – Pemerintah dinilai tidak bisa lagi menunda-nunda untuk memiliki cadangan energi nasional, berupa minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Dito Ganinduto, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan Indonesia hingga saat ini tidak mempunyai cadangan energi strategis, hanya mempunyai cadangan operasional.

“Yang jelas kita harus mempunyai cadangan, karena Singapura yang negara kecil saja bisa mempunyai cadangan. Saat ini cadangan strategis  kita nol, intinya harus ada cadangan tersebut,” kata Dito, Kamis (14/4)

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia Indonesia masih belum memiliki cadangan energi. Hal ini tentu sangat berbahaya mengingat cadangan energi selama ini hanya dimiliki PT Pertamina (Persero). Hal tersebut tidak mencukupi karena dari data yang ada untuk operasi saja, cadangan yang dimiliki Pertamina hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM selama 18 hari.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kebutuhan dana untuk memiliki cadangan energi mencapai US$1,77 miliar atau mencapai Rp23,36 triliun (kurs Rp13.200 per dolar AS) untuk pengadaan minyak mentah dan BBM untuk kebutuhan 15 hari.

“Untuk 22 juta BBL minyak mentah biaya yang dibutuhkan Rp11,6 triliun dan BBM sebanyak 17,7 juta BBL yang membutuhkan dana Rp11,6 triliun,” kata Sudirman Said, Menteri ESDM.

Menurut Sudirman, pemerintah akan mengalokasikan dana hingga 2-3 tahun mendatang. Untuk itu agar program cadangan energi mulai berjalan dari sekarang, pemerintah akan berkomunikasi dengan para produsen minyak untuk memanfaatkan tangki-tangki yang tidak digunakan atau yang sudah existing.

“Jadi nanti kita titipkan crude atau product di storage mereka untuk sewaktu-waktu dapat digunakan. Tata cara pembayarannya tentu kita akan coba sepakati yang fleksibel,” tukasnya.

Sudirman mengatakan cadangan energi yang ideal adalah mampu menyimpan cadangan untuk kebutuhan minimal 30 hari. “Itu kita kejar dengan memanfaatkan tangki idle, tangki baru serta pembangunan tangki baru,” tandasnya.(RI)