JAKARTA – Pemerintah segera menyiapkan rencana dan strategi pengembangan pohon listrik, temuan Naufal Raziq (15), siswa Madrasah Tsanawiyah Langsa, Aceh. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan telah menginstruksikan langsung Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi en EBTKE untuk menyiapkan anggaran khusus untuk pengembangan pohon listrik.

“Pak Jonan mengarahkan bahwa nanti akan ada anggaran dari Ditjen EBTKE untuk pengembangan riset lebih lanjut. Jadi dibuka kemungkinan pendanaan dari temuan Naufal ini bisa menggunakan anggaran Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE,” kata Hadi Djuraid, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Komunikas usai mendampingi Naufal menemui Menteri ESDM, Jumat (19/5).

Pohon listrik temuan Naufal menjadi fenomena baru dalam beberapa tahun terakhir. Berawal dari tugas salah satu mata pelajaran di sekolah saat masih duduk di bangku kelas satu Madrasah Tsanawiyah (MTs), kini pohon listrik sudah bisa menerangi satu desa yakni Desa Tampur Paloh Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur dengan bantuan dari PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero).

Naufal mengaku tidak langsung berhasil saat pertama kali melakukan percobaan. Perlu sekitar tiga tahun hingga temuannya mencapai tahap seperti sekarang, yang artinya pohon listrik sudah mengalami beberapa evolusi mulai dari menggunakan pohon Mangga, Belimbing, Asam Jawa dan masih banyak lagi .

“Kedondong pagar karena ini memiliki batang besar mudah tumbuhnya, jika kita buka kulitnya tidak busuk malah menumbuhkan dirinya, recover,” ungkap dia.
Menurut Naufal, dari satu batang pohon kedondong pagar ini bisa menghasilkan listrik sebesar empat volt. Listrik tesebut dihasilkan dengan memasang lempengan tembaga dan logam di empat lubang yang akan mengubah asam menjadi listrik. Sehingga, satu lubang akan menghasilkan satu volt. Empat volt ini diyakini sanggup untuk menghidupkan satu lampu jenis Hannoch yang telah diubah strukturnya untuk menjadi lampu DC.

Untuk satu batangnya, Naufal membutuhkan biaya Rp 1,2 juta untuk bisa menyalakan dua bolam lampu. Pada awal melakukan percobaan memang dana yang dibutuhkan memang cukup besar. Untungnya selama ini percobaan anak yang bercita-cita menjadi ilmuan ini memperoleh bantuan dana dari Pertamina EP.

“Strukturnya kita ubah ke lampu DC dengan inferter, jadi hasil dari pohon kita sesuaikan dengan lampunya. Harapannya temuan ini bisa digunakan di masyarakat, khususnya di Indonesia dan bisa dipakai di desa terpencil,” kata dia.(RI)