JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memberikan subsidi berupa pembagian converter kit secara gratis kepada masyarakat. Sebanyak 5.000 unit paket converter kit akan dibagikan tahun ini guna mendukung percepatan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG).

“Tahun ini total 5.000 unit converter kit. Dengan biaya satu unit kira-kira Rp 23 juta,” kata IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (13/3).

Selain memberikan subsidi berupa fasilitas converter kit kepada masyarakat, pemerintah juga mendorong pembangunan infrastruktur. Untuk tahun ini, pemerintah tidak menganggarkan pembangunan Stasiun Pengisian Bahanbakar Gas (SPBG), namun akan menjamin pasokan atau ketersediaan gas-nya.

“Kita tidak membangun langsung ‎SPBG tahun ini. Kita dorong swasta membangun, tentu gasnya kita sediakan, dikerjasamakan dengan Pertamina dan PGN,” ungkap Wiratmaja.

Sektor transportasi menjadi andalan pemerintah dalam program konversi BBM ke BBG. Pemerintah juga meminta, PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN, yang selama ini menjadi pionir utama dalam bisnis usaha gas di Tanah Air membantu mempercepat implementasi program konversi.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, meminta Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Gas dan PGN meningkatkan sinergi guna menyediakan kebutuhan gas bagi bahan bakar kendaraan.

“PGN dan Pertagas untuk bisa bersinergi membangun infrastuktur gas, terutama pipa. Kita harapkan PGN dan Pertagas tidak ada lagi pipa yang tumpang tindih,” ungkapnya.

Pemerintah kata Arcandra juga sangat menganjurkan penggunaan BBG karena sangat bermanfaat dari sisi lingkungan. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ditandatangani presiden dalam COP 21 untuk kurangi emisi gas buang.

“Ini salahsatu caranya inisiatif kita biar ikut komunitas dunia. Selayaknya kita promosikan lebih banyak gas untuk penggunaan tidak hanya industri, tapi juga pada sarana transportasi,” kata dia.

Selain bermanfaat besar terhadap lingkungan, penggunaan BBG juga berdampak langsung terhadap perekonomian masyarakat.  Dalam simulasi yang dilakukan pemerintah, penghematan bisa dilakukan jika menggunakan BBG.

“Misalnya kita punya mobil yang sehari jalan 180 km dalam sebulan 26 hari. Itu manfaatnya secara ekonomi bisa hemat sekitar Rp 3 juta perbulan. Kalau beli converter kit Rp20-an juta dalam sembilan bulan atau kurang itu bisa kembali modal, untuk tahun-tahun berjalan berikutnya tinggal untungnya saja,” papar Arcandra.

Arcandra juga menjanjikan program subsidi ini bisa terus dilanjutkan guna memberikan gambaran secara jelas sekaligus sebagai stimulus kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan BBG. Masyarakat juga diminta tidak khawatir dengan perangkat BBG yang dipasang di mobil karena sudah melalui berbagai uji coba sehingga keamanannya terjamin.

“Program ini semacam pemancing atau pemantik, semakin banyak yang kenal dan tahu serta rasakan manfaatnya sehingga mau beralih dengan sendirinya,” tandas Arcandra.(RI)