JAKARTA – Kondisi industri minyak dan gas bumi nasional sampai saat ini masih belum menunjukkan tanda perbaikan. Realisasi investasi hingga semester I tahun ini bahkan tidak sampai 50% dari target.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  mengungkapkan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Kondisi ekonomi dunia yang masih tiarap turut memicu penurunan investasi, termasuk di sektor migas.

“Investasi energi di dunia itu turun 12%, oil and gas 26%. Indonesia sendiri anjlok sekitar 26-27%,” kata Arcandra di Kementerian ESDM,  Selasa (8/8).

Hingga semester pertama, investasi di sektor migas baru sebesar US$ 4,8 miliar. Padahal pemerintah menargetkan pada tahun ini para investor mau menanamkan modalnya jauh lebih besar dari capaian tahun lalu dari hanya sebesar US$ 12,74 miliar menjadi US$ 22,2 miliar. Untuk itu pemerintah pun tidak gamang memaksakan capaian target investasi dengan merevisi target tersebut.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM,  mengaku optimistis masih bisa mengejar capaian realisasi tahun lalu karena beberapa proyek besar baru akan berjalan pada semester kedua tahun ini. Namun pemerintah tetap realistis karena itu kemungkinan besar target realisasi investasi pun akan direvisi.

“Perkiraan saya tidak jauh dari tahun lalu (US$ 12 miliar– US$ 13 miliar),” tukas Ego.

Menurut Ego, sektor hulu sampai saat ini masih menjadi andalan investasi sektor migas. Untuk itu pemerintah mengejar beberapa proyek agar bisa direalisasikan tahun ini.

“Kalau investasi migas memang sekitar 70%-80% dari hulu. Bayangkan saja pengeboran satu sumur aja US$100 juta, belum seismiknya, belum macam-macamnya,” ungkap dia.

Arcandra mengatakan kondisi saat ini disebabkan berbagai faktor,  seperti harga minyak dunia yang anjlok dalam beberapa tahun terakhir.

Penerapan gross split  juga tidak bisa disalahkan. Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya lelang Wilayah Kerja (WK) yang laku pada tahun lalu saat gross split belum diterapkan.

“Tahun lalu WK kita tawarkan, tidak ada satupun yang tandatangan. Sekarang kita tawarkan lagi tapi dikatakan gara-gara gross split. Tahun lalu itu tidak gross split,” tukas Arcandra.

Pemerintah pun mencoba mendorong investasi dengan berbagai percepatan beberapa proyek yang sempat tertunda dalam beberapa tahun terakhir, salah satunya proyek Jambaran Tiung Biru (JTB).

Proyek pengembangan lapangan gas ini sendiri sekarang melibatkan dua perusahaan energi terbesar di tanah air yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

“Ini sebuah sinergi dan berharap kedepan proyek sejenis bisa kita selesaikan dengan cara seperti ini,” kata Arcandra.(RI)