JAKARTA – Kesepakatan negara-negara produsen minyak terbesar di dunia untuk menahan produksi diperkirakan akan berimbas pada kenaikan harga minyak pada tahun depan. Harga minyak dunia diperkirakan akan bergerak menguat di kisaran level US$30-US$40 per barel.

“Pada tahun depan, harga minyak dunia diperkirakan naik (rebound) sebagai hasil dari kesepakatan beberapa negara produsen minyak untuk menahan produksi,” kata Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Jumat.

Harga patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada Kamis (Jumat pagi WIB) untuk pengiriman Maret 2016, ditutup pada level US$30,77 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk penyerahan April ditutup turun 22 sen menjadi US$34,28 S per barel di perdagangan London.

Menurut Sudirman, beberapa negara produsen minyak yang sepakat menahan produksi adalah Arab Saudi, Rusia dan Venezuela yang ditambah dengan Iran juga bersedia ikut dalam upaya stabilisasi harga minyak tersebut.

“Jadi tahun depan saya rasa rebound itu tidak akan terlalu tinggi, apabila harga minyak terlalu tinggi, negara produsen minyak, akan memproduksi minyaknya secara tinggi, sehingga harga minyak kembali tertekan,” ungkap dia seperti dikutip Antara.

Sudirman menambahkan harga minyak dunia diperkirakan mulai naik karena persaingan antara negara produsen sudah hilang dan semua pihak menjadi korban dengan penurunan harga komoditas ini.

“Banyak prediksi pada tahun 2017, ketika negara produsen minyak sudah lelah bersaing, mungkin nanti akan menemukan keseimbangan,” tandasnya.(AT)