Pemerintah Perlu Prioritaskan Stabilitas Harga BBM demi Kepastian bagi Masyarakat

*Puskepi Sarankan Turun Rp 500 Per Liter

JAKARTA– Pemerintah sebaiknya tidak menurunkan harga jual BBM jenis premium dan solar sebagaimana ditetapkan dalam formula harga yang sudah disepakati dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Penurunan harga BBM dalam jumlah signifikan hingga sebesar Rp 1.000/liter sekalipun tidak akan membuat harga harga komoditas lain seperti beras, minyak goreng, cabai, bawang dan lain lain akan turun.

“Bahkan tarif angkutan pun belum tentu turun sebagaimana yang diharapkan rakyat. Artinya penurunan harga dengan besaran yang harus mengacu kepada rata rata harga minyak dunia di 3 bulan terakhir, tidak akan memberi manfaat besar bagi lapisan besaran masyarakat,” ujar Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria di Jakarta, Senin (28/3).

Antrian BBM

Antrian sepeda motor membeli BBM bersubsidi.

Memurut Sofyano, baik masyarakat biasa maupun para pengusaha di Tanah Air saat ini lebih butuh adanya stabilititas harga. Masyarakat lebih butuh kepastian harga yang mampu membuktikan bahwa harga jual bbm tidak turun naik seperti “yoyo” yang hanya bermanfaat besar bagi pemainnya saja. Apalagi, harga minyak dunia sangat anomali. Jika tiga bulan yang lalu rata rata bertengger pada posisi US$ 28-US$ 34 per barel, saat ini perlahan-lahan telah  merangkak naik mendekati posisi US$ 41 per barel.

“Demi kepentingan orang banyak, Pemerintah tidak harus terpaku dengan formula harga yang sudah ditetapkannya yang akan mengoreksi harga jual BBM turun atau naik setidaknya tiga bulan sekali dengan menggunakan acuan harga rata rata MOPS dan rata rata kurs rupiah ‎terhadap dolar AS pada tiga bulan terakhir,” ujarnya.

Jika Pemerintah terpaku pada ketentuan dan formula harga yang telah ditetapkan, menurut Sofyano, pada tiga bulan kedepan Pemerintah harus konsisten menaikan kembali harga jual BBM. Ketika dilakukan, hal ini berpotensi menimbulkan beban bagi rakyat karena saat itu masyarakat tengah berada dalam saat menghadapi puasa Ramadhan, hari Raya Idul fitri, Idul Adha, dan jelang Natal.

“Konsistensi Pemerintah akan berdampak memberatkan beban masyarakat karena itulah lebih dibutuhkan kebijaksanaan yang tepat dari Pemerintah,” katanya.

Menurut Sofyano, pemerintah lebih baik membuat tabungan dari hasil selisih harga jual ketika harus turun tetapi tidak diturunkan sesuai acuan formula harga. Keuntungan yang diperoleh karena turunnya harga minyak dunia lebih baik dimanfaatkan sebagai anggaran cadangan untuk antisipasi ketika harga minyak naik tetapi harga jual BBM tidak dinaikan. Selisih harga itu harusnya bisa pula dipergunakan untuk mendukung ketahanan enerji nasional. Ketahanan energi daerah perlu pula mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dengan membangun infrastuktur energi di daerah dengan guna dana stabilitasi yang diperoleh dari hasil tidak menurunkan sepenuhnya harga jual BBM.

“Jika Pemerintah akan melaksanakan penurunan harga jual BBM per 1 april 2016,‎ Puskepi menyarankan penurunan harga jual BBM tidak lebih dari Rp 500/liter,” katanya. (DR)