JAKARTA – Pengembangan briket batu bara dinilai memerlukan dukungan pemerintah. Apalagi pengembangan briket batu bara dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Muhammad Jamil, Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mengatakan briket bisa menghemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan gas, serta mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

“Namun pengembangan briket harus dapat dukungan pemerintah dalam hal sosialisasi dan kebijakan sebagai energi alternatif,” kata dia di Jakarta, Kamis.

Menurut Jamil, potensi pasar briket batu bara cukup besar. Pengembangan briket batu bara juga menjadi peluang bisnis yang memadai.

Saat ini ada sekitar ada 50 juta pengusaha di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan sekitar 358 pengusaha pengeringan padi, pengeringan tembakau, peternakan ayam, pondok pesantren, dan lainnya yang menjadi potensi pasar briket batu bara.

Kapasitas Produksi

Jamil mengatakan kapasitas produksi pabrik briket batu bara Bukit Asam yang berlokasi di Lampung dan Tanjung Enim mencapai 35 ribu ton per tahun. Namun realisasi produksi hingga saat ini belum maksimal. Pada 2014, produksi briket batu bara Bukit Asam hanya sebesar 16 ribu ton.

Menurut dia, terjadi penurunan produksi briket batu bara selama periode 2009-2014. Tahun 2009 produksi bisa mencapai 22.800 ton.

“Produksi mengikuti tren penjualan. Harga briket tergantung dengan harga komoditas bahan baku. Pasar tidak bisa menerima secara fleksibel, karena dari energi alternatif ada yang lebih murah,” tandas Jamil.(RA)