JAKARTA – Pemerintah memastikan pasokan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Gas (BBG), Liquefied Petroleum Gas (LPG) aman menyambut Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Koordinasi dan pelaksanaan tugas Posko Nasional Natal dan Tahun Baru Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral berjalan baik dalam memastikan keamanan pasokan bahan bakar bagi masyarakat.

M. Fanshurullah Asa, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas),  mengatakan sebagian besar pemggunaan berbagai bahan bakar akan meningkat pada akhir tahun ini, terutama untuk BBM dan LPG.

BPH Migas memprediksi untuk keseluruhan bahan bakar jenis gasoline naik sekitar tiga persen dan gasoil turun sekitar dua persen.

“BBM itu saat ini 24 hari stok, diprediksi akan naik dua persen (untuk premium),” kata Fanshurullah dalam konferensi pers di kantor BPH Migas, Senin (18/12).

Untuk Premium, ketahanan stok 1,2 juta kiloliter (KL), kemudian untuk Pertalite 897,5 ribu KL untuk 19 hari, Pertamax 799 ribu KL untuk memenuhi kebutuhan 20 hari  serta Pertamax Turbo ketahanan selama 33 hari dengan volume yang disiapkan 30,4 ribu KL.

Biosolar ketahanan hingga 18 hari dengan volume 1,29 juta KL, Dexlite volume dipersiapkan sebesar 31,2 ribu KL untuk ketahanan 19 hari dan Dex volumenya 26,5 ribu KL untuk 32 hari.

Menurut Fanshurullah, untuk LPG dipastikan pasokan aman dan terkendali, sehingga masyarakat diminta tidak khawatir dengan isu kelangkaan LPG.

“LPG 3 kg sampai hari ini aman, plus 17 Desember LPG itu 16 hari stok yang biasanya 11 hari, Pertamina sudah menambah stok 900 metrik ton (MT),” papar Fanshurullah.

Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero)  menyiapkan stok LPG sebanyak 338, 3 ribu MT dengan konsumsi 20,3 ribu MT.

BPH Migas memprediksi konsumsi tertinggi BBM jenis bensin diprediksikan terjadi pada 23 Desember 2017 dengan volume sebesar 114.876 KL atau naik sebesar 26,3% dibandingkan
konsumsi normal.

Adanya pembatasan operasional angkutan barang pada H-3 dan H+3 Libur Natal dan penurunan kegiatan transportasi komoditas industri akan berdampak pada penurunan konsumsi Solar/Bio.

Penurunan enam persen saat kondisi normal konsumsi rata-rata mencapai 37 ribu KL, turun menjadi 33,2 ribu KL.

Untuk kondisi pasokan listrik berdasarkan pengalaman selama ini, beban puncak pada Natal dan Tahun Baru pada umumnya lebih rendah dibanding dengan beban puncak pada kondisi hari kerja. Konsumsi diproyeksi berkurang sekitar 10%-20% dan khusus  Jawa Bali berkurang sekitar 30%. Penurunan disebabkan pada hari tersebut industri yang mengkonsumsi tenaga listrik sangat besar dan perkantoran berhenti beroperasi (libur).

Namun demikian, kebutuhan listrik di beberapa tempat wisata, seperti di Bali diprediksikan akan melonjak pada libur Natal dan Tahun Baru.

“Oleh karena itu, PLN akan memberikan perhatian pada sistem kelistrikan tempat wisata agar tidak terjadi defisit,” tandas Fanshurullah.(RI)