CILACAP – Pemerintah mendukung penuh upaya-upaya bagi terwujudnya kemandirian energi nasional, di antaranya melalui peningkatan produksi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Hal itu diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla usai meresmikan pengoperasian Residual Fluid Catalytic Cracking Refinery (RFCC) Unit IV Cilacap, Groundbreaking Proyek Langit Biru Cilacap dan penandatanganan head of agreement (HoA) PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco untuk pelaksanaan proyek upgrading Refinery Development Master Plan (RDMP) Unit IV Cilacap di Jawa Tengah, Kamis.

Wakil Presiden mengatakan Indonesia sudah lama kekurangan kapasitas produksi kilang BBM. Untuk itu, pemerintah dan Pertamina berupaya untuk meningkatkan kapasitas kilang. “Kita berharap 2019 sudah tidak impor BBM lagi,” kata dia.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan seiring beroperasi RFCC unit dan pengoperasian kilang TPPI, impor BBM akan berkurang 30%-35%. Bahkan pada tahun depan, impor solar sudah tidak lagi dilakukan.

Selain mengurangi impor, proyek-proyek pengembangan kilang Pertamina juga akan menghemat devisa negara. Nantinya dengan pengoperasian tiga proyek Pertamina dan pengoperasian kilang TPPI, Pertamina berpotensi menghemat US$ 22 juta per hari seiring berkurangnya impor BBM.

“Dari tiga proyek yang proyek pengembangan kilang bisa dihemat US$ 15,6 juta, serta dari pengoperasian kilang TPPI bisa dihemat US$ 6,4 juta,” ungkap dia.

Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina, mengatakan saat seluruh proyek-proyek pengembangan kilang Pertamina selesai, maka produksi kilang akan mencapai 1,7 juta barel per hari BBM. “Saat itu kita tidak perlu lagi impor BBM,” tukas dia.

Pada tahap pertama Pertamina mengoperasikan RFCC Unit. RFCC akan mengolah feed stock berupa LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) sebanyak 62.000 barel per hari, yang dihasilkan dari Crude Distillation Unit (CDU) II menjadi produk bernilai tinggi, yaitu HOMC, peningkatan produksi LPG dan produk baru Propylene. Proyek dengan nilai investasi US$ 846,89 juta tersebut dilaksanakan oleh konsorsium Adhi-GS E&C.

Dwi mengatakan RFCC memiliki 21 unit equipment dan telah sukses beroperasi dan meneteskan produk perdananya pada 30 September 2015. Pada saat beroperasi 100%, RFCC dapat memproduksi HOMC sekitar 37.000 barel per hari, 1.066 ton per hari LPG, dan 430 ton per hari propylene.

Dari produksi HOMC tersebut, sebagian besarnya diproses lebih lanjut untuk diproduksikan menjadi Premium. Saat ini, produksi Premium dari kilang Cilacap sebanyak 61.000 barel per hari dan dengan beroperasinya RFCC, produksi premium dari Kilang Cilacap akan menjadi 91.000 barel per hari.

PLBC

Pertamina menetapkan JGC Corporation sebagai kontraktor engineering, procurement, and construction Proyek Langit Biru Cilacap senilai US$ 392 juta yang memungkinkan produksi gasoline dari Refinery Unit IV Cilacap 100% memiliki RON 92 dengan total kapasitas 91.000 barel per hari.

Penandatanganan penetapan kontrak dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Chairman Emeritus JGC Corporation Yoshihiro Shigehisa, dan Presiden Direktur Encona Inti Industri Y.B. Haryono serta disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Proyek Langit Biru Cilacap, atau CIlacap Blue Sky Project merupakan salah satu proyek peningkatan spesifikasi gasoline dari semula RON 88 menjadi RON 92. Proyek ini adalah kelanjutan dari kelanjutan dari Residual Fluid Catalytic Cracking yang telah tuntas dan beroperasi sejak Oktober 2015.

Proyek yang ditargetkan tuntas dalam waktu 34 bulan sejak penandatanganan kontrak tersebut akan terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu melakukan revamping dengan mengubah pola operasi Unit Platforming I dari fix bed catalyst menjadi continuous catalyst regeneration yang memungkinkan kadar oktan dari gasoline yang diproduksi lebih tinggi, membangun unit baru berupa Light Naphtha Hydro treating dan Isomerization dengan kapasitas 21.500 barel per hari, serta pembangunan unit baru berupa utilitas dan offisite. Total investasi yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut sebesar US$ 392 juta.

“Apabila proyek ini tuntas maka RU IV Cilacap akan menghasilkan gasoline dengan kadar RON 92 dengan spesifikasi menuju Euro IV yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, impor HOMC juga dapat ditekan dengan signifikan,” tandas Dwi.(AT)