JAKARTA – Proyek pembangunan Kilang Tuban dan revitalisasi Kilang Cilacap bakal tetap berjalan dengan berkurangnya porsi kepemilikan PT Pertamina (Persero). Pasalnya, kondisi keuangan Pertamina tidak memungkinkan untuk berkontribusi besar pada kedua proyek tersebut.

“Salah satu opsi yang sudah disampaikan tentu kalau Pertamina keuangannya berat porsi diturunkan, share-nya diturunkan,” kata IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Selasa (13/6).

Wiratmaja menegaskan pemerintah tetap memiliki target agar proyek kilang tetap berjakan seusai dengan rencana dan tidak ada kemunduran. Pasalnya, jika terus mundur maka impor minyak yang saat ini sudah besar dikhawatirkan akan terus membengkak akibat belum tersedianya fasilitas pengolahan minyak yang mencukupi.

“Kilang ini kita inginnya lebih cepat lebih bagus karena kita impor BBM banyak. Kalau delay impor tetap tinggi,” tukas dia.

Saat ini Pertamina memiliki dua mitra untuk pembangunan Kilang Tuban, yakni Rosneft, perusahaan asal Rusia. Pada proyek tersebut Pertamina memiliki hak kepemilikan sebesar 55%, sisanya dikuasai Rosneft. Komposisi yang sama juga diterapkan pada proyek revitalisasi Kilang Cilacap dengan Saudi Aramco.

Pertamina sebelumnya mengungkapkan akan ada potensi kemunduran penyelesaian proyek kilang 1-2 tahun, terutama yang dikerjasamakan dengan mitra karena harus melalui pembahasan terkait kewajiban Pertamina untuk menjadi off taker utama kilang. Kondisi itulah yang sedang dinegosiasikan ulang karena jika sebagai off taker utama produk kilang maka utang-utang mitra untuk membangun kilang akan tercatat sebagai utang Pertamina.

Menurut Wiratmaja, pemerintah siap jika perlu memfasilitasi pembicaraan dengan para mitra Pertamina agar pengerjaan proyek tidak molor. “Pemerintah mendorong agar tidak molor, kalau perlu difasilitasi kita fasilitasi. Karena kebutuhannya kan sangat nyata,” tandas Wiratmaja.(RI)