JAKARTA – Peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi salah satu target pemerintah dalam industri migas, termasuk dalam pemgoperasian fasilitas Floating Storage Regasification Unit (FSRU).

Arcandra Tahar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  mengungkapkan pengelolaan fasilitas dengan teknologi modern ikut mendorong terjadinya transformasi teknologi dalam indsutri migas yang sangat diperlukan.

Keberadaan PT Nusantara Regas yang pekerjanya  sebagian besar merupakan waga negara Indonesia bisa dijadikan contoh penerapan di fasilitas migas modern.

Nusantara Regas mampu mengelola FSRU sendiri. Meski saat ini masih ada tenaga asing, nantinya tenaga kerja Indonesia diharapkan mampu mengelola 100%.

“Sekarang ini 98% (tenaga kerja Indonesia), semoga nanti FSRU selanjutnya bisa 100%. Tidak bisa serta merta dikelola dalam negeri. Ini yang namanya teknologi baru, jangan cemas selama kita mempunyai pemikiran bahwa teknologi membantu kita mempermudah pekerjaan,” kata Arcandra, Jumat (20/10).

Arcandra berjanji akan terus mengawasi kinerja serta performa berbagai fasilitas produksi maupun pengolahan migas di tanah air secara langsung. Dengan melihat langsung ke lapangan, maka akan diketahui apakah ada yang perlu diperbaiki dan hal-hal yang perlu disempurnakan dalam tiap regulasi yang diterbitkan.

“Coba bayangkan ketika kita buat regulasi yang dibuat itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, Seeing is believing,” kata Arcandra dalam keterangan tertulisnya.

Tammy Meidharma, Direktur Utama Nusantara Regas, mengatakan FSRU Nusantara Regas merupakan yang pertama di Asia Tenggara. Sebagai pioneer pengoperasian FSRU, Nusantara Regas berkomitmen mendukung pemenuhan kebutuhan gas nasional tidak hanya untuk sektor kelistrikan, namun juga untuk sektor industri.

FSRU menerima LNG atau gas dalam bentuk cair dari kapal pengangkut LNG kemudian diubah menjadi wujud gas kembali untuk dialirkan melalui pipa ke konsumen gas.

“Pasokan gas FSRU Nusantara Regas didapatkan dari Kilang LNG Bontang dan Tangguh. LNG dengan suhu minus 160 derajat Celcius dibawa dengan kapal LNG untuk kemudian disimpan dalam FSRU dan diregasifikasi dengan media Propane sampai menjadi gas,” ungkap Tammy.

FSRU Nusantara Regas sejak dioperasikan pada  2012  mampu memasok gas sebesar maksimum 500 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk tiga pembangkit listrik yaitu PJB Muara Karang, IP Tanjung Priok dan PJB Muara Tawar.

“Pada 2017, Nusantara Regas memperkirakan penyaluran LNG hingga 28 kargo atau setara 225 BBTUD untuk memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik PLN di Teluk Jakarta dan industri di area Jawa bagian Barat,” tandas Tammy.(RI)