BELITUNG – Pemerintah meyakini potensi energi baru terbarukan (EBT) masih menjanjikan untuk dikembangkan, terutama di daerah pelosok. Peningkatan minat investasi energi terbarukan terjadi di wilayah yang Biaya Pokok Produksi (BPP)-nya lebih tinggi dari BPP nasional.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan peningkatan minat investasi bisa dilihat dari jumlah komitmen pembangunan pembangkit pada 2017 yang tumbuh empat kali lipat dibanding 2016.

“Secara total di Indonesia, selama 2017 telah ditandatangani 68 Power Purchase Agreement (PPA) pembangkit energi terbarukan antara PT PLN (Persero) dengan pengembang. Angka ini bahkan naik empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pada 2016 hanya 16 PPA energi terbarukan yang ditandatangani,” kata Arcandra disela kunjungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Jangkang, Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Jumat (15/12).

Salah satu wilayah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan EBT adalah Bangka Belitung (Babel). BPP wilayah Babel sekarang sebesar Rp 1.907 per kWh,  maka harga pembeliaan untuk listrik energi terbarukan ke PLN adalah 85% atau Rp 1.621 per kWh.

PLTBg di Jangkang yang dikembangkan dan dikelola PT Austindo Austindo New Energy merupakan pembangkit listrik bertenaga biogas pertama yang dibangun dan langsung dikoneksikan dengan jaringan PLN.

Austindo merupakan anak usaha PT Austrindo Nusantara Jaya (ANJ) yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit didirikan pada 2009 dan bertugas untuk mengolah limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) yang dihasilkan oleh ANJ untuk menjadi listrik.

Menurut Arcandra, PLTBg ini merupakan salah satu contoh pengembangan biogas yang cukup baik karena mampu memanfaatkan limbah sekaligus langsung memberikan manfaatnya kepada masyarakat. Terlebih harga jual listrik yang ditawarkan juga jauh lebih rendah dari BPP wilayah.

Pada 2013, Austindo menandatangani kontrak penjualan listrik dengan PLN dan merupakan pengembang biogas pertama yang menjual listrik secara komersial. Pada 2016, kapasitas PLTBg AANE sebesar 1,8 MW bisa mengalirkan listrik ke 2.000 rumah tangga dengan kapasitas 900 VA.

“Listrik dari PLTBg Jangkang ini dijual ke PLN dengan harga Rp 975/kWh,” ungkap dia.

Sistem kelistrikan Babel sendiri selama ini dipasok dari beberapa pembangkit listrik seperti PLTD atau tenaga diesel dengan persentase 60%, sementara 30% dipenuhi dari bahan bakar diesel. Sisanya dipenuhi oleh pembangkit EBT.(RI)