JAKARTA – Tantangan akan kebutuhan energi semakin besar, sehingga mengharuskan sinergi antara seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri, akademisi dan pemangku kepentingan lainnya.

Alfi Rusin, Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), menjelaskan pengembangan aktivitas minyak dan gas (migas) di kawasan Natuna, merupakan salah satu langkah strategis dalam mempertahankan kedaulatan energi.

“Memiliki cadangan gas yang potensial, pengembangan di wilayah Natuna sangat penting bagi penguatan perekonomian nasional dan upaya mewujudkan kemandirian energi,” kata Alfi di Jakarta, Minggu (27/11).

Menurut dia, harga minyak yang masih rendah telah menghambat sejumlah aktivitas pencarian cadangan baru. Ini menyebabkan ketersediaan energi migas di Indonesia menjadi semakin berkurang karena cadangan baru tidak ditemukan.

IATMI sangat mendorong adanya berbagai upaya, termasuk mendorong diversifikasi energi agar tidak terlalu bergantung pada pasokan energi dari migas. Untuk itu Indonesia memerlukan strategi perencanaan bauran energi (energy mix) yang persentasenya perlu ditetapkan dengan tepat sehingga keberlangsungan pasokan energi akan berkesinambungan, seimbang dan senantiasa terjaga.

Alfi menuturkan, saat ini berbagai negara di belahan dunia di Eropa, Amerika, dan Asia sedang dilanda revolusi energi baru dan terbarukan (renewable energy) yang disebabkan oleh turun drastisnya biaya energi terbarukan tersebut sehingga energi ramah lingkungan tersebut dapat bersaing dengan energi fosil.

“Momentum revolusi energi baru terbarukan seharusnya dimanfaatkan pemerintah saat lesunya pertumbuhan produksi energi dari sektor migas dan batu bara, sehingga bauran energi tidak hanya bergantung pada energi fosil yang jumlahnya terbatas dan semakin mahal akibat dibutuhkannya teknologi tinggi untuk melakukan eksplorasi di wilayah frontier dan mahalnya upaya peningkatan produksi dengan teknologi Enhanced Oil Recovery,” ungkap Alfi.

Selanjutnya, kata dia, salah satu tantangan utama yang dihadapi industri minyak dan gas saat ini adalah mempertahankan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten secara berkesinambungan. SDM yang dimaksud tidak hanya manjamin ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya, tetapi juga bagaimana menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang siap mengawal kedaulatan energi.

“Hal ini menjadi isu penting dikarenakan keberhasilan hal tersebut akan mendukung jalan menuju kedaulatan energi bangsa menjadi lebih mudah untuk dicapai,” tandas Alfi.(RA)