JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan segera melakukan evaluasi terhadap beberapa 15 konsensi blok minyak dan gas di wilayah Natuna. Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menegaskan wilayah Natuna adalah wilayah yang kaya akan minyak dan gas untuk itu perlu dilakukan tindakan untuk mengembangkannya terlebih disaat kondisi harga minyak sedang rendah seperti saat ini.

“Kita akan segera lakukan evaluasi mana yang kira-kira mandek sementara dan masih bisa dipertahankan karena jika harga minyak naik  kan jadi menarik. Serta mana saja yang benar-benar mandek dan tidak ada perkembangan,” kata Rizal seusai menggelar rapat di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Rabu (13/7).

Lebih lanjut Rizal menegaskan tidak akan segan-segan untuk mencabut izin kontrak jika terbukti memang tidak serius dalam mengembangkan Blok Natuna. “Jika dari dulu hanya punya konsensi tapi tidak punya modal dan teknologi, maka kami akan cabut izinnya dan buka tender kepada pemain-pemain baru,” tegasnya.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan koordinasi dengan berbagai pihak sampai saat ini terus digencarkan dalam upaya pengembangan blok Natuna. Pemberian insentif dengan skema sliding scale kepada kontraktor pun dimasukkan menjadi salah satu pertimbangan untuk bisa mendorong percepatan pengembangan blok yang diyakini masih memiliki cadangan gas besar itu.

“Berbagai opsi sudah disiapkan. Salah satu sliding scale itu yang sedang dibahas” kata Wiratmaja.

Menurut dia, salah satu tantangan terbesar di Blok Natuna adalah kandungan CO2 yang mencapai 75%. Untuk memisahkannya diperlukan teknologi baru dan dipastikan memerlukan biaya yang besar. “Biaya pemisahnya kan cukup tinggi. Kita bahas nanti keekonomiannya. Kalau tidak ekonomis apa yang bisa dilakukan,” kata Wiratmaja.

Dia menegaskan meskipun tantangan besar, pemerintah tetap bertekad untuk bisa mengembangkan Blok Natuna yang ditargetkan bisa on stream dalam kurun waktu 15 tahun kedepan. “Kalau perkembangannya kan kita butuh waktu. Kita pasti percepat beberapa langkah-langkah, semoga sebelum tahun 2030 bisa on stream” tandasnya.(RI)