JAKARTA – Pemerintah menyebut kontribusi perusahaan di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) di bursa saham nasional masih kecil. Padahal dengan melantai di bursa saham, transparansi perusahaan akan meningkat.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan tidak banyak perusahaan di sektor ESDM, khususnya dikuasai asing yang masuk bursa, kecuali yang sudah menjadi perusahaan Indonesia, seperti PT Adaro Energy Tbk dan PT Indika Energy Tbk.

“Kita akan minta bahwa di kemudian hari mereka harus punya program untuk listing di Indonesia, sehingga Bursa Efek Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih besar,” ujar Jonan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (7/11).

Jonan mengakui tidak mudah untuk mengimplementasikan hal itu, meskipun tujuannya untuk meningkatkan transparansi.

“Kami mendorong bahwa transparansi itu sangat penting sekali, sehingga diharapkan masalah pembayaran pajak, masalah akuntabilitas itu makin lama makin bisa baik,” kata Jonan.

Dia juga menilai kemampuan finansial perusahaan energi nasional seperti PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) cukup besar sehingga cocok terjun di bursa nasional.

Menurut Jonan, di Indonesia  tidak ada perusahaan yang lebih besar dari Pertamina yang memiliki topline salesnya mencapai Rp700 triliun-Rp800 triliun. “Kalaupun digabung semua banking, revenue tidak ada yang segitu,” kata dia.

Demikian pula PLN yang memiliki kemampuan rata-rata Rp300 triliun-Rp350 triliun, belum lagi dengan satu unit kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) yang dalam setahun perputaran dana dalam bisnisnya rata-rata sebesar Rp 400 triliun.

“Kalau melihat semua perusahaan listrik di dunia itu PER (price earning ratio)-nya kira-kira 30 kali. Jadi kalau listing mungkin bisa mencapai Rp 500 triliun market capitalnya, untuk PLN saja. Tiga ini dijumlah sudah Rp1.600 triliun,”ungkap Jonan.(RI)