JAKARTA – Potensi batu bara Indonesia yang relatif besar akan menjadi cadangan terbukti, apalagi didukung dengan kebijakan dan regulasi yang mendorong investasi dan eksplorasi. Dengan kecukupan cadangan terbukti, pasokan batu bara akan terjamin secara berkelanjutan untuk jangka panjang.

“Dengan harga batu bara sekarang, cadangan batu bara kita hanya 3 miliar ton. Setelah tahun 2030 kita harus impor batu bara. Bagaimana cara mengubahnya supaya tidak impor, dengan sistem cost plus margin sekitar 15-25% untuk maximize jumlah cadangan. Kami sudah komunikasikan dengan instansi terkait,” kata Pandu Syahrir, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) di Jakarta, Kamis (19/5).

Cadangan terbukti (proven reserves) batu bara akan berubah jika terdapat perubahan harga. Jika harga rendah, maka otomatis jumlah cadangan batu bara menjadi menurun. Saat ini harga batu bara sepertujuh dari harga minyak bumi.”Padahal, kita masih banyak room untuk beroperasi,” tegas Pandu.

Data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pada awal 2014 sumber data (resources) dan reserve batu bara nasional diperkirakan sekitar 124,8 miliar ton sumber daya dan 32,3 miliar ton cadangan. Namun, data tersebut hampir tidak mengalami perubahan dengan data yang dibuat pada 2011. Pada saat itu harga batu bara mencapai titik tertinggi di atas US$ 100 per ton.

Lokasi cadangan batu bara besar umumnya terdapat di provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

“Pada dasarnya, cadangan adalah potensi batu bara yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Hal ini juga mempertimbangkan teknologi pertambangan yang digunakan untuk dapat memanfaatkan potensi batu bara dan faktor kelayakan ekonomi,” ungkap Pandu.

Harga batu bara mulai mengalami tekanan sejak awal 2012, karena semakin banyaknya Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara yang mulai berproduksi. Tekanan harga berlanjut sampai Februari 2016, dimana harga batu bara tertekan sekitar 54% dari harga awal 2011.

Pada awal 2016 harga batu bara acuan (HBA) mulai rebound pada harga US$ 51,62 dan mengalami peningkatan pada April 2016 menjadi US$ 52,32 per ton. “Tahun 2016 ini harga batu bara diharapkan akan stabil pada kisaran US$ 54-56 per ton,” kata Pandu.(RA)