JAKARTA –  Pemerintah terus berupaya meningkatkan penggunaan energi selain minyak dan gas yang lebih efisien atau lebih murah. Salah satunya adalah batu bara.
Cadangan yang masih besar  membuat batu bara lebih menjanjikan untuk terus dimanfaatkan secara maksimal dan digunakan bagi industri dalam negeri, sehingga tidak diperlukan impor atau pasokan dari wilayah lain.
Agus Cahyono Adi,  Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  mengatakan salah satu tantangan atau isu yang mengemuka terkait dampak lingkungan dalam penggunaan batu bara. Disisi lain,  masyarakat dunia ternyata justru mengandalkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya. Indonesia sebagai pemilik Sumber Daya Alam (SDA) justru rugi jika tidak ikut memanfaatkan.
“Faktanya adalah ekspor kita terus meningkat. Artinya banyak negara lain menggunakan batu bara. Kenapa kita tidak menggunakan juga di dalam negeri. ini yang perlu dilihat cost and benefit dari penggunaan batu bara, sehingga bisa memperkuat ketahanan energi nasional,” kata Agus dalam paparannya di Seminar Outlook Industri 2018 di Jakarta, Senin (11/12).
Penggunaan batu bara kerap  mendapat tentangan karena  ada dampak dari penggunaannya, terutana pada emisi.
Menurut Agus,  yang harus disadari saat ini telah dikembangkan berbagai teknologi yang mampu meminimalisir dampak negatif dari penggunaan batu bara. Hal itulah yang harus dikejar Indonesia sehingga tidak menghalangi pemanfaatan batu bara di tanah air.
“Kalau kita menggunakan batu bara, itu kan kurang bersih untuk emisi lokal maupun emisi global. Teknologi kami bisa menggunakan batu bara. Batu bara dengan teknologi yang lebih bersih untuk bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan,” papar dia.
Data Kementerian ESDM menyebutkan penggunaan batu bara untuk domestik terus di dorong. Hal itu bisa dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Pada 2015,  target konsumsi batu bara domestik adalah 102 juta ton, meningkat di tahun-tahun berikutnya yakni 111 juta ton, 121 juta ton, 131 juta ton serta 240 juta pada 2019.
Namun dalam realisasinya sejak 2015 tidak memenuhi target tersebut, yakni 2015 realisasi konsumsi hanya 76 juta ton, 2016 ada peningkatan menjadi 90,5 juta ton. Serta realisasi hingga September 2017 tercatat 31,5 juta ton.
Selama ini konsumen utama dari batu bara nasional adalah PT PLN (Persero) untuk memenuhi kebuutuhan pembangkit listrik. (RI)