JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan program revitalisasi (refinery development  master plan/RDMP) kilang Cilacap tidak akan mundur dari jadwal, meskipun pembentukan joint venture (JV) dipastikan molor hingga akhir 2016.

Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengungkapkan Pertamina dan Saudi Aramco yang telah menandatangani head of agreement (HoA) sepakat untuk memperpanjang batas waktu pembentukan JV hingga akhir tahun 2016 dari jadwal semula akhir November.

“Kemarin waktu tanggal 24 November kami sudah negosiasi dengan top level Saudi Aramco. Dalam negosiasi itu klausul utama sudah ditemui kesepahaman. Kami sepakat HoA diperpanjang sampai 31 Desember 2016,” kata Rachmad di Jakarta.

Menurut Rachmad, alotnya pembahasan kesepakatan memang terjadi. Ada empat poin term and conditioin yang krusial dan harus dibahas secara intensif, namun dia menolak membeberkan salah satu poin yang membuat Saudi Aramco harus membahas secara internal dan membutuhkan tambahan waktu.

“Empat klausul yang disepakati masih ada satu yang masih dipertimbangkan Saudi Aramco. Supaya tidak ada dispute legal saya tidak akan deskripsikan poinnya apa,” tambahnya.

Pertamina juga memastikan hingga saat ini belum ada perubahan pembagian saham dalam pengelolaan kilang Cilacap. Pertamina tetap menguasai 55% saham dan sisanya 45% akan dimiliki Saudi Aramco.

Proyek revitaliasi Kilang Cilacap merupakan satu dari empat kilang yang masuk dalam program RDMP yang dijalankan Pertamina. Selain di Cilacap, dua pengembangan kilang lainnya yakni Kilang Dumai di Riau, dan Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat juga akan dikembangkan bersama dengan Saudi Aramco.

Untuk Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur penggarapannya sudah dimulai dan dilakukan sendiri oleh Pertamina.

Pertamina juga diperkirakan akan melakukan perubahan strategi terkait pengambangan dua kilang lainnya yakni Dumai dan Balongan. Pada awalnya pengembangan Dumai dan Balongan akan dilakukan secara seri, karena itu juga yang diinginkan pemerintah. Namun setelah dilakukan kajian, kilang Balongan akan jadi prioritas untuk didahulukan pengembangannya.

“Feed stocknya tidak melalui pipa. Kalau melihat itu Dumai cukup bagus. Jadi prioritas Balongan. Tentu kami merespon secara secepat-cepatnya awal Januari 2017 kalau bisa,” tandas Rachmad.(RI)