JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) makin intensif menggalakkan perilaku hemat energi “Potong 10 Persen” kepada seluruh lapisan masyarakat. Targetnya, hemat energi harus menjadi budaya seluruh komponen masyarakat. Selain hemat biaya, hemat energi lebih mudah dilakukan daripada menciptakan energi untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.

“Apabila program ini berjalan optimal di seluruh kota besar di Indonesia, dapat menunda kebutuhan pembangunan pembangkit listrik sebesar 2 GW dengan nilai sekitar Rp18,4 triliun,” kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, akhir pekan lalu.

Rida menjelaskan, sangat mudah untuk menghemat 1 watt dibanding harus menciptakan 1 watt. Untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 1 megawatt (MW) jauh lebih sulit ketimbang harus menghemat 1 MW.

“Dimulai dari yang langkah sederhana dengan mematikan laptop, TV yang tidak digunakan. Bayangkan kalau ini dilakukan diseluruh indonesia,” kata Rida.

Berdasarkan data PT PLN (Persero) 2015, total konsumi energi di tiga kota, yaitu Denpasar, Balikpapan, dan Makasar adalah 12.080,94 Giga Watt hour (GWh) atau sekitar 12,1 Terra Watt hour (TWh).

Penghematan yang didapat dari gerakan hemat energi “Potong 10 Persen” selama satu tahun untuk ketiga wilayah tersebut adalah 679,65 GWh atau setara Rp997,04 miliar, dengan rincian Bali 212,62 GWh (Rp311,91 miliar); Balikpapan 205,68 GWh (Rp301,74 miliar) dan Makassar 261,35 GWh (Rp383,39 miliar).
Gerakan hemat energi “Potong 10 Persen” merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan serta sejalan dengan paradigma pengelolaan energi global. Bagian dari program konservasi energi ini ditujukan ke semua pihak mulai dari Rumah Tangga (RT), industri, transportasi, gedung komersial hingga fasilitas umum.

Rida berharap seluruh komponen masyarakat tidak berhenti pada kegiatan kampanye saja, namun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi gaya hidup. Jika dilakukan secara masif, maka kedaulatan energi dapat segera terwujud.

Selama 10 tahun terakhir, konsumsi energi naik sebesar 7% per tahun dimana 94% dari kebutuhan energi nasional bergantung pada sumber energi fosil. Maka, penghematan energi adalah langkah tepat dalam memanfaatkan energi yang bertanggung jawab.

“Kalau ditanya siapa yg harus berhemat? Semua orang. Kapan harus dilaksanakan? Sekarang juga. Kalau dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai pihak, terus-terusan, mudah-mudahan akan menjadi kebiasaan, dimulai dari diri sendiri,” tandas Rida.(RA)