JAKARTA – Pembangunan Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban tidak hanya akan berdampak positif bagi ketahanan energi nasional, namun juga berpotensi mendorong industri petrokimia nasional. Pasalnya, Kilang Tuban yang akan dibangun PT Pertamina (Persero) bersama OJSC Rosneft Oil Company asal Rusia juga akan memproduksi bahan baku petrokimia, selain memproduksi bahan bakar minyak (BBM).

“Dengan adanya Kilang Tuban tentu bisa membantu industri petrokimia Indonesia akan menjadi lebih mandiri. Industri turunan petrokimia juga bisa lebih berkembang, asal investasi tidak mundur dan sesuai dengan jadwal karena elaku usaha perlu segera membuat perencanaann,” kata Achmad Widjaya, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Petrokimia kepada Dunia Energi, Senin (30/5).

Menurut Achnad, implementasi kerja sama Pertamina dengan Rusia juga seharusnya berbeda dengan yang selama ini dilakulan Indonesia dengan Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah.

“Sehubungan dengan Rusia adalah investor baru buat pemerintah, khususnya Pertamina, segala prioritas harus diberikan agar tidak didikte seperti yang selama ini terjadi,” tegasnya.

Achmad menambahkan bentuk kerja sama Pertamina dan Rosneft harus berdasarkan unsur bisnis dan tidak membawa unsur politik. Karena jika politik sudah bermain maka investasi akan mundur sehingga apa yang dilakukan akan menjadi sia-sia.

“Bebaskan saja sebagaimana investor mau membawa uang dan minyak,” tandasnya.

Pertamina pekan lalu telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Rosneft untuk membangun Kilang Tuban dengan kapasitas produksi 300 ribu barel perhari. Sebanyak 20%-25% di antaranya akan memproduksi bahan baku petrokimia dan 75%-80% memproduksi BBM. Kilang Tuban ditargetkan beroperasi pada 2021.(RI)