JAKARTA – Pengembangan pembangkit listrik di Indonesia dinilai  didorong tiga tujuan utama, yakni keterjangkauan, keandalan dan keberlanjutan. Sayangnya, setiap solusi untuk pengembangan tersebut memiliki implikasi finansial, ekonomi dan sosial.

George Djohan, Country Leader General Electric (GE) Power Gas Systems Indonesia

“Namun Indonesia memiliki akses terhadap berbagai terobosan teknologi yang dapat digunakan oleh industri pembangkit tenaga listrik Indonesia untuk mendapatkan hasil yang optimal,” kata George Djohan, Country Leader General Electric (GE) Power Gas Systems Indonesia di Jakarta baru-baru ini.

Dia menambahkan, energi yang terdistribusikan juga telah membuktikan relevansinya di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi beberapa tantangan unik dalam hal pembangkit tenaga listrik. Misalnya pembangkit listrik skala besar, hal ini mungkin ideal untuk pulau-pulau yang berpenduduk padat seperti Jawa dan Sumatera. Namun tidak demikian halnya untuk daerah-daerah yang memiliki populasi lebih kecil yang tidak terhubung dengan jaringan nasional, seperti Kalimantan dan bagian timur Indonesia.

“Di sinilah teknologi yang terdistribusi memberikan kesesuaian solusi yang tepat dari sudut pandang ekonomi,” kata George.

Menurut Dia, sistem tenaga yang terdistribusi ini ditandai dengan kecepatan penggunaan, mobilitas, fleksibilitas dan efisiensi, serta telah digunakan oleh GE di Gorontalo di mana sebuah pembangkit listrik mobile berkapasitas 100 megawatt (MW) telah memasok listrik berbiaya produksi terjangkau dan andal bagi lebih dari 25 ribu rumah.

Pada akhirnya, kemampuan menghasilkan tenaga listrik yang terjangkau dan berkesinambungan akan kehilangan relevansinya jika tidak dapat ditransmisikan dan didistribusikan secara efisien. Biasanya, transmisi dan distribusi merupakan poin terakhir dalam penyediaan tenaga listrik karena diperlukan perjalanan yang cukup panjang dari tempat pembangkit listrik ke lokasi konsumen. Proses perjalanan tenaga listrik ini bisa sangat berdampak kepada biaya secara keseluruhan. Maka tidak heran jumlah pemakaian gardu digital mengalami peningkatan di banyak negara, termasuk Indonesia.

Gardu digital memungkinkan operator untuk memperoleh informasi secara real time tentang bagaimana energi mengalir di jaringan listrik, sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan serta ketersediaan listrik menjadi lebih besar. Pemeliharaan pun menjadi hal upaya preventif dan lebih terkonsentrasi saat ini, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia lainnya yang masih sering mengalami pemadaman listrik.

George menekankan, meskipun pembangkit tenaga listrik di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, bukan berarti tidak dapat diatasi jika Indonesia menerapkan strategi yang tepat dalam menyeimbangkan kemampuan bersaing serta menyediakan bahan bakar alternatif untuk mencapai keterjangkauan, keandalan dan keberlanjutan.

“Nilai dari ekosistem energi kami dikembangkan untuk memaksimalkan output bagi kepentingan pelanggan,” kata George.(RA)