JAKARTA – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) bertujuan mempercepat memgatasi kekurangan listrik di daerah, sebab bisa dibangun dalam waktu cepat, sekitar tiga bulan untuk konstruksi dan mesinnya enam bulan. Proses pembangunan PLTMG jauh lebih singkat dibanding membangun pembangkit berbahan bakar batu bara yang membutuhkan waktu 4-5 tahun.

“Memang dengan gas agak sedikit mahal dari batu bara tetapi karena kecepatannya maka harus diputuskan membangun PLTMG ini,” ujar Presiden Joko Widodo saat meresmikan PLTMG Arun berkapasitas 184 megawatt (MW) yang berlokasi di Desa Meuria Paloh, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (2/6).

Presiden menambahkan nantinya PT PLN (Persero) akan menambah kapasitas PLTMG Arun sebesar 250 MW (ekspansi).

PLTMG Arun merupakan salah satu pembangkit terbesar di Sumatera dan telah beroperasi secara penuh sejak 21 Desember 2015. Saat ini, daya mampu sistem Aceh sebesar 384 MW, beban puncak tertinggi sebesar 340 MW, sedangkan beban puncak sistem transmisi Aceh sebesar 321 MW. Hal positif untuk daerah Lhokseumawe dengan adanya PLTMG Arun, salah satu proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW), yakni mampu mendukung sistem kelistrikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lhokseumawe dan juga menambah kehandalan pasokan listrik di daerah Lhokseumawe.

Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan proyek pembangkit 35 ribu MW diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang telah dicanangkan pemerintah harus diimbangi dengan pertumbuhan ketenagalistrikan dan rasio elektrifikasi.

“Dalam lima tahun kedepan, kebutuhan listrik tumbuh sebesar rata-rata 8,8% dengan target rasio elektrifikasi sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau ‘RUPTL’ 2015-2024, yakni sebesar 97,4% pada akhir 2019,” kata Sofyan.(AT)