JAKARTA – Keputusan pemerintah yang menetapkan tidak ada kenaikan tarif listrik hingga Maret 2018 akan berdampak kepada PT PLN (Persero) karena bahan baku energi listrik, seperti batu bara saat ini harganya relatif tinggi. Efisiensi menjadi salah satu kunci agar sebagai korporasi PLN tidak merugi.

Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, mengungkapkan salah satu upaya efisiensi yang efektif saat ini dan ke depan bagi PLN adalah dengan meningkatkan pemanfaatan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dengan adanya sistem perhitungan tarif sekarang memang mau tidak mau para pengembang listrik swasta menjual listrik dengan harga yang murah.

Mamit menilai dengan menggunakan skema Biaya Pokok Produksi (BPP) daerah setempat yang hasilnya harga jual listrik ke PLN jd lebih murah. “Rata-rata di kisaran US$ 4-7 sen per KWh,” kata Mamit kepada Dunia Energi, Selasa (2/1).

Dengan tarif energi primer  yang lebih murah, masyarakat luas akan merasakan manfaatnya karena PLN akan bisa menjual listrik dengan tarif yang makin terkangkau. “Bahkan dengan berbagai efisiensi  dari aspek lain, ke depan tarif dasar listrik bisa turun,” tukas dia.

Menurut Mamit, seiring penerapan harga pembangkit EBT ke PLN yang tidak lagi menggunakan skema feed in tarif yang cenderung lebih mahal, harga listrik masyarakat bisa turun.  Namun tetap harus diperhatikan agar kondisi saat ini tidak sampai mengurangi minat investasi di sektor EBT.

Ini merupakan suatu anomali yang sangat menarik karena sebelum 2017, PLN sepertinya setengah hati untuk membeli listrik dari EBT karena harga beli dari investor sangat mahal. Padahal yang menjadi KPI (Key Performance Indicator) dari PLN adalah cash flow yang baik, sementara tarif listrik ke konsumen tidak boleh naik. Sebagai korporasi, PLN mempunyai target pendapatan. Di sisi lain tarif listrik juga tidak boleh naik.

“Jadi pilihannya harus efisiensi terutama di sisi pembangkitan. Sekarang dengan kebijakan harga yang dipatok rendah justru PLN banyak berkontrak,” kata dia.

Pada tahun lalu sebanyak 68 PPA (Power Purchase Agreement) telah  pembangkit EBT telah ditandatangani PLN, meningkat dibanding rentang tiga tahun terakhir dimana dalam satu tahun paling tidak ada 15 PPA ditandatangani. (RI)