Armada kapal Pelni.

Armada kapal Pelni.

JAKARTA – Perusahaan pelayaran milik pemerintah, PT Pelni sedang ancang-ancang melakukan penghematan lewat penggunaan Liquid Natural Gas (LNG) untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) pada kapal penumpang.

Seperti diungkapkan Direktur Utama Pelni, Syahril Japarin, selama ini kapal-kapal penumpang yang dioperasikannya masih menggunakan BBM Subsidi. Secara keseluruhan kebutuhan BBM Pelni untuk armada kapal sebesar 219 Juta Kilo Liter (KL) dengan main bunkering di Jakarta, Surabaya dan Makasar, serta supporting bunkering di Balikpapan, Bitung, Kupang , Ambon, Denpasar dan Semarang.

Kebutuhan BBM tersebut, kata Syahril, menyerap 65% biaya operasi Pelni dalam setahun. Bila penggunaan BBM tersebut bisa dikonversi dengan LNG, maka Pelni sebagai BUMN yang melayani kebutuhan masyarakat dalam transportasi laut antar pulau di Nusantara, akan mendapatkan penghematan yang dapat dimanfaatkan untuk membeli kapal serta peningkatan sarana  lainnya.

Ia menyebutkan, untuk menekan biaya BBM. Pelni tertarik mengembangkan penerapan teknologi LNG sebagai bahan bakar secara single maupun dual fuel. Sebagai langkah awal, Pelni pun menjalin kerjasama kajian penggunaan LNG pada kapal penumpang, dengan PT Pertamina Gas (Pertagas).

Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama itu telah ditandatangani di Jakarta pada Kamis, 3 April 2014 pekan lalu. Kerjasama ini untuk membuka kemungkinan penggunaan LNG bagi armada kapal-kapal yang dimiliki BUMN transportasi ini.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Pertagas, Hendra Jaya menuturkan, sejalan dengan meningkatnya armada kapal nasional, menjadi peluang bagi pengembangan bisnis gas bagi transportasi laut. Untuk memperluas pasar gas, Pertagas mulai merintis pemasaran LNG ke perusahaan pelayaran.

Hendra menjelaskan, LNG merupakan gas dalam bentuk cair, merupakan energi  yang paling pas untuk mengkonversi BBM bagi transportasi laut. Selain mudah dalam pengangkutan, LNG hanya perlu ruangan  lebih kecil dibandingkan CNG. Oleh sebab itu, LNG sangat cocok untuk ruang kapal  yang terbatas.

Maka dari itu, lanjutnya, sebagai langkah awal inisiasi penggunaan LNG bagi transportasi laut, Pertagas bekerjasama dengan Pelni, mengkaji penggunaan LNG pada kapal penumpang. “Ini sebuah inisiatif yang strategis bagi Pertagas dan Pelni dalam rangka sinergi BUMN,” tegasnya.

Kerjasama ini, kata Hendra lagi, akan menjadi pioneer dalam penggunaan LNG sebagai bahan bakar kapal di Indonesia. “Kami harapkan hasil kajian akan memberikan sinyal positif, sehingga kedepannya tidak hanya Pelni yang menggunakan LNG namun juga perusahaan angkutan laut lainnya,” sambung Syahril Japarin.

Syahril juga mengatakan, peluang bisnis LNG untuk sektor transportasi laut ini cukup menggiurkan. Tak hanya di Pelni, tetapi juga pelayaran nasional. Sejak penerapan azas cabotage  pada 2005, total armada kapal nasional per 31 Maret 2013 meningkat 99,2% menjadi 12.047 unit, terdiri dari tongkang/barge, Tug Boat dan general cargo. Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL) dan  Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS)  juga meningkat setiap tahun.

“Ini peluang yang begitu besar, yang mendorong Pertagas mulai merintis LNG untuk sektor transportasi. Bila proyek ini feasible, LNG ini juga dapat dimanfaatkan untuk kapal nelayan, yang saat ini masih menggunakan Solar Subsidi,” tutur Hendra.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)