Wilayah kerja migas Blok Mahakam.

JAKARTA – PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, pemilik hak partisipasi Blok Mahakam yang akan habis kontraknya pada Desember 2017, akan mulai membahas kelanjutan keikutsertaannya dalam pengelolaan blok gas terbesar itu dengan PT Pertamina (Persero) pada pekan depan.

“Kita baru akan diskusi itu mulai minggu depan. Setelah tanda tangan Mahakam Bridging Agreement (BA) dan Funding Agreement,” kata Nico Muhyiddin, Vice President Corporate Services Inpex kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Nico mengatakan keputusan Inpex untuk melanjutkan investasi di Blok Mahakam akan dirundingkan secara bersama-sama dengan partnernya saat ini, Total.

“Inpex ikut total saja untuk Blok Mahakam. Inpex dan Total akan tetap berdua, jadi Total masuk Inpex juga masuk,” kata dia.

Namun Nico menolak berapa banyak saham yang nantinya akan dibahas untuk diambil oleh kedua kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tersebut.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya telah memberi peluang kepada Total dan Inpex untuk bisa memiliki hak partisipasi hingga 39 persen. Sisanya, Pertamina tetap memiliki penguasaan 51 persen dan pemerintah daerah sebesar 10 persen.  Namun keputusan final berada di tangan Pertamina yang telah diserahkan sepenuhnya untuk mengelola Blok Mahakam mulai 2018.

MI Zikrullah, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan fokus pemerintah saat ini bukan mengenai keikutsertaan para kontraktor existing di Mahakam untuk kontrak selanjutnya. Namun, mengawal proses transisi agar tidak terjadi penurunan produksi.

Dia mengungkapkan sesuai dengan kesepakatan bersama proses atau program transisi dengan melakukan pengeboran beberapa sumur. Program tersebut tidak langsung berjalan pada kuartal I, melainkan baru mulai dilakukan pada kuartal kedua tahun ini.

“Idealnya langsung. Langsung ini kan begini, not necessarily tapi sesuai dengan program. Nanti belum tentu di sumur yang sama. Harus mobilisasi, persiapan pemboran, persiapan materialnya,” papar Zikrullah.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, saat dikonfirmasi juga mengakui pengeboran 19 sumur yang merupakan bagian dari investasi awal Pertamina di Mahakam untuk tahun ini tidak bisa dilakukan secara bersamaan dan keseluruhan karena masih tersangkut dalam masalah pajak.

Namun dia meyakini kegiatan pengeboran yang tertunda tidak akan menganggu kinerja produksi Mahakam pada 2018.

“Tadinya diusahakan runtun 19 sumur dibor semua, tapi ada maslah pajak segala macam berubah. Tidak apa-apa, kalau kita eksekusi sekarang, produksi juga baru 2018. Saat kita jadi operator 2018, kita tambah sumur lagi,” kata Syamsu.(RI)