JAKARTA – Potensi peningkatan pasokan minyak mentah OPEC dan  perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China memicu aksi jual di banyak pasar-pasar global hingga menekan harga minyak mentah dunia pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent berjangka untuk pengiriman Agustus turun US$0,26  menjadi ditutup US$75,08 per barel di London ICE Futures Exchange.

Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun US$0,78  menjadi US$65,07 per barel di New York Mercantile Exchange.

Lukman Otunuga, Analis Riset FXTM, mengatakan pasar terhadap minyak semakin berkurang karena ekspektasi bahwa OPEC dan Rusia akan mengurangi pembatasan produksi untuk mengimbangi penurunan produksi Venezuela serta gangguan produksi di Iran. Walaupun peningkatan produksi ini sepertinya telah tergambar pada harga, harga minyak tetap berisiko terus menurun apabila rapat OPEC Jumat ini di Wina tidak menghasilkan terobosan.

“Perlu diingat bahwa Iran, Venezuela, dan Irak diperkirakan akan menolak keputusan Arab Saudi dan Rusia untuk meningkatkan produksi,” kata Lukman, Rabu (20/6).

Dia menambahkan perselisihan antar anggota kartel dalam diskusi ini dapat memicu kekhawatiran mengenai masa depan kesepakatan pemangkasan produksi ko OPEC.

Minyak mentah WTI saat ini bearish di grafik harian. Harga melintas ke bawah US$65 sore ini.

“Penurunan berulang kali di bawah level ini dapat membuat bears membidik US$64,30 kemudian US$64,” kata Lukman.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak,  beberapa hari sebelum kunjungan ke Wina untuk KTT OPEC, mengatakan Rusia berencana mengusulkan peningkatan produksi minyak melalui kesepakan anggota OPEC+ sebesar 1,5 juta barel per hari,

Komentar terbaru dari Novak bahwa mereka berupaya untuk meningkatkan produksi 1,5 juta barel per hari memberikan tekanan secara signifikan terhadap harga minyak.

OPEC dan sekutunya, yang telah menahan pasokan mereka sejak 2017, akan bertemu pada Jumat (22/6) di Wina, di mana mereka diharapkan akan mengambil keputusan mengenai apakah akan meningkatkan produksi minyak global, dan seberapa banyak.

Namun demikian, Iran mengatakan OPEC tidak mungkin mencapai kesepakatan tentang produksi minyak minggu ini, menetapkan panggung untuk bentrokan dengan Arab Saudi dan Rusia, yang mendorong untuk meningkatkan produksi secara tajam mulai Juli untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat.

John Kilduff, mitra di hedge fund energi Again Capital LLC di New York, mengatakan peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok juga membebani pasar global termasuk pasar minyak.

Kedua negara mengancam tarif hukuman atas ekspor mereka satu sama lain, yang bisa termasuk minyak. Impor minyak AS telah melonjak sejak 2017 dengan nilai hampir satu miliar dolar AS per bulan.

Saham-saham Tiongkok jatuh ke titik terendah dalam hampir setahun, sementara di Amerika Serikat, ketiga indeks saham utama turun, dengan Dow Jones Industrial Average menghapus kenaikannya untuk tahun ini.

“WTI lebih rentan terhadap `spillover` dari aksi jual keras di pasar ekuitas global daripada Brent, karena perbedaan antara dua patokan tersebut telah membentang kembali menjadi di atas 10 dolar AS per barel,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.(AT/ANT)