JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, meraih laba bersih Rp1,72 triliun pada semester I 2017, melonjak 142,3% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp711,77 miliar. Kenaikan laba perseroan ditopang peningkatan pendapatan dan berbagai upaya untuk menjaga beban pokok.

Laporan keuangan perseroan, Jumat (28/7) menyebutkan sepanjang enam bulan pertama Bukit Asam membukukan pendapatan Rp8,96 triliun, naik 32,6% dibanding periode yang sama 2016 sebesar Rp6,75 triliun. Disisi lain beban pokok mencapai Rp5,62 triliun, hanya naik 10% dibanding semester I tahun lalu Rp5,1 triliun.

Dengan kenaikan pendapatan yang jauh melampaui beban pokok, perseroan membukukan laba kotor Rp3,34 triliun pada semester I tahun ini, naik 102,7% dibanding periode yang sama 2016 sebesar Rp1,64 triliun.

Bukit Asam tercatat berhasil menekan beban penjualan dan pemasaran hingga turun 27,2% menjadi Rp443,9 miliar. Beban umum dan administrasi juga hanya naik 7% menjadi Rp516,56 miliar. Serta meraih pendapatan lainnya sebesar Rp92,8 miliar. Dengan raihan tersebut, perseroan membukukan laba usaha Rp2,47 triliun pada semester I 2017 atau naik 170,1% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sepanjang tahun ini, Bukit Asam menargetkan volume penjualan batu bara sebesar 27,3 juta ton, naik 30% dibanding realisasi tahun lalu sebesar 20,7 juta ton. Sebanyak 15,9 juta ton ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan domestik, atau 58% dari total penjualan. Sedangkan komposisi penjualan ekspor 11,4 persen, atau 42% dari total penjualan.

Untuk mendukung angka penjualan tersebut, Bukit Asam merencanakan produksi dan pembelian batubara sebesar 27,1 juta ton. Masing-masing meliputi produksi 24,1 juta ton termasuk produksi anak usaha PT IPC sebesar 0,9 juta ton, dan tambang Peranap di Riau 0,2 juta ton. Sedangkan pembelian batubara oleh anak usaha PT Bukit Asam Prima sebesar 3,03 juta ton.

Perusahaan angkutan kereta api, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga telah menyatakan komitmennya untuk mengangkut batu bara Bukit Asam dari lokasi tambang sebesar 21,7 juta ton atau naik 22 persen dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 14,7 juta ton, masing-masing 18 juta ton menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung, dan 3,7 juta ton ke Dermaga Kertapati di Palembang.(AT)