JAKARTA– PT Pamapersada Nusantara, anak usaha PT United Tractors (UNTR) di sektor jasa tambang dan terafiliasi dalam Grup Astra, mengklaim menguasai sekitar 48% total pangsa pasar pendapatan berdasarkan riset pasar internal perseroan. Manajemen United Tractors menyatakan bahwa Pamapersada mampu secara efektif mengelola kontrak tambang untuk berbagai produsen batu bara domestik terkemuka seperti PT Adaro Indonesia, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indominco Mandiri, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Kideco Jaya Agung, PT Jembayan Muarabara, dan PT Trubaindo Coal Mining.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, pada 2016, Pamapersada membukukan pendapatan bersih Rp 24 triliun, turun 21% dibandingkan raihan pendapatan pada 2015 sebesar Rp 30,5 triliun. Di sisi lain, Pamapersada juga mengalami penurunan volume pengupasan tanah sebanyak 8% dari 766,6 juta BCM pada 2015 menjadi 701,5 juta BCM pada 2016. Sementara itu, batu bara relatif sama dengan 2015, yaitu sebesar 109,2 juta ton.

Produksi batubara tertinggi United Tractors (melalui Pamapersada) pada 2014 sebesar 113,5 juta ton turun jadi 109 juta ton pada 2015 dan naik lagi jadi 109,2 juta ton pada 2016. Overburden removal cenderung turun setelah mencapai puncaknya pada 2012 sebeasr 855,5 juta BCM terus 844,9 juta BCM pada 2013 dan 806 juta BCM pada 2014 serta 766,6 juta BCM pada 2015 dan tahun lalu 701,5 juta BCM.

Dalam menyediakan layanan kontrak penambangan sepanjang 2016, Pamapersada menggunakan serangkaian alat, termasuk 303 buldozer, 332 ekskavator/shovel, 2.104 dump truck, 150 prime mover, 240 wheel loader, dan motor grader.

Gidion Hasan, Direktur Utama United Tractors, mengatakan sekalipun sektor industri nasional masih terus tumbuh dengan semakin bertambahnya inisiatif pengembangan dalam negeri, tak dapat dimungkiri bahwa untuk di tahun mendatang, kegiatan usaha lokal akan tetap dipengaruhi oleh situasi di tingkat global. Dengan Tiongkok menjadi importir utama berbagai produk komoditas dan batu bara, kebijakan dan keputusan yang diambil oleh negara tersebut akan memengaruhi pasar global.

“Untuk itu, kami akan terus melihat bagaimana pengaruh kebijakan baru dan pembatasan produksi sektor pertambangan Tiongkok terhadap harga komoditas di pasar global,” ujar Gidion dalam laporan kinerja tahunan 2016 perseroan.

Menurut dia, permintaan batu bara dari pasar global akan terus tumbuh sehingga akan mempengaruhi harga di pasar. Hal ini akan mendorong perusahaan tambang lokal di Indonesia untuk meningkatkan produksi batu bara guna memenuhi permintaan dari pasar. Berkaca dari keputusan yang perseroan ambil selama beberapa tahun ke belakang, manajemen United Tractors melihat bahwa perseroan dapat terus berfokus pada strategi diversifikasi usaha dan efisiensi biaya, demi mempersiapkan pondasi kuat bagi kinerja keuangan positif di masa depan untuk menghadapi segala tantangan yang mungkin ada.

Di level domestik, menurut Gidion, bertambahnya permintaan di pasar global tentu akan mendorong perusahaan tambang lokal untuk menyesuaikan target produksi mereka sehingga akhirnya akan merevitalisasi aktivitas produksi tambang lokal.
Gidion mengatakan selama 2017, perseroan kemungkinan mengalami berbagai tantangan politik dan sosial yang timbul dari proses pemilihan gubernur/kepala daerah yang akan dilangsungkan secara serentak. Akan tetapi, dia yakin bahwa komitmen kuat terhadap proyek-proyek pengembangan infrastruktur akan terus dilaksanakan.

Manajemen United Tractors mengklaim Pamapersada dapat memberi layanan pertambangan yang komprehensif dan berkualitas, termasuk untuk desain tambang, eksplorasi, ekstraksi, hauling, barging, dan transportasi komoditas. Dalam menjalankan fokus usaha ini, Pamapersada mendapat dukungan dan layanan dari beberapa anak perusahaan, termasuk PT Kalimantan Prima Persada (KPP) dan PT Pama Indo Mining (PIM).

Prijono Sugiarto, Komisaris Utama United Tractors, menambahkan demi mengantisimasi dinamika yang mungkin terjadi pada 2017, United Tractors mempertimbangkan situasi dan kinerja pada 2016. Dengan naiknya harga batu bara di pertengahan 2016, ada harapan bahwa tren ini akan terus berlanjut hingga 2017. “Kami berharap ini nantinya mendorong aktivitas produksi dan perdagangan di sektor pertambangan,” ujar Prijono. (DR)