JAKARTA – Kinerja sektor hulu minyak dan gas dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren melemah, terutama akibat anjloknya harga minyak dunia, sehingga membuat para pelaku usaha menahan investasi. Hal tersebut berimbas pada minimnya penemuan cadangan migas baru.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pemerintah saat ini menyiapkan aturan agar bisa membuka data migas sehingga mampu memancing para pengusaha berinvestasi di sektor hulu.

“Sekarang kita sedang menyiapkan Permen Open Data. Nanti orang dari seluruh dunia, silakan melihat data kita. Selanjutnya kalau tertarik, bisa datang bersama perusahaan ke Indonesia untuk melakukan studi lanjutan, lelang dan sebagainya,” kata ujar Wiratmaja di Jakarta, Selasa (10/5).

Dia menambahkan kualitas data migas yang dimiliki Indonesia memang masih bervariasi, ada yang bagus sekali, namun ada juga yang masih kasar. Bahkan belum ada data sama sekali. Namun para ahli masih meyakini bahwa Indonesia masih memiliki cadangan besar.

“Antara lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, sekitar Sulawesi, Papua dan laut dalam Maluku,” sebut Wiratmaja.

Lebih lanjut, menurut Wiratmaja,  saat ini untuk melihat data migas, orang harus datang ke Indonesia dan dikenai biaya. Hal ini membuat iklim investasi menjadi kurang atraktif. Jadi jika aturan open data bisa rampung diharapkan iklim investasi bisa menjadi lebih hidup dan cadangan – cadangan migas besar atau big fish bisa kembali ditemukan.

Langkah pemerintah untuk melakukan open data migas meniru langkah Norwegia yang membuka data-data migasnya, seperti data seismik. Kebijakan ini telah memancing para  ahli geologi di berbagai penjuru dunia untuk menelitipotensi migasnya dan dalam waktu sekitar lima tahun, Norwegia telah berhasil menemukan cadangan-cadangan besar.(RI)