JAKARTA – Freeport-McMoRan Inc, perusahaan tambang asal Amerika Serikat mencatat penjualan emas dari tambang Grasberg, Papua sebesar 604 ribu ounce pada semester I 2017, melonjak 74,5% dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu 346 ribu ounce. Lonjakan penjualan terutama terjadi pada periode April-Juni yang mencapai 182,7% menjadi 427 ribu ounce dibanding periode yang sama 2016 sebesar 151 ribu ounce.

Freeport dengan harga rata-rata emas sebesar US$1.242 per ounce pada semester I memperoleh pendapatan US$750,1 juta dari penjualan emas. Naik 72% dibanding pendapatan yang diraih periode enam bulan pertama 2016 sebesar US$435,9 juta

Freeport-McMoRan dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa (25/7), menyebutkan volume penjualan emas dan juga tembaga pada kuartal II 2017 mencerminkan penjualan konsentrat dalam persediaan dan kadar bijih yang lebih tinggi. Serta mengimbangi tingkat operasional pabrik pengilingan yang lebih rendah.

Selain emas, Freeport melalui anak usaha PT Freeport Indonesia mencatat penjualan tembaga dari tambang Grasberg sepanjang semester I tahun ini mencapai 372 juta pound, tidak jauh berbeda dengan realisasi periode yang sama tahun lalu 370 juta pound. Dengan rata-rata harga tembaga sebesar US$2,62 per pound, Freeport membukukan pendapatan US$982,08 juta, naik 22,4% dibanding semester I 2016 sebesar US$802,8 juta. Kenaikan tersebut ditopang kenaikan harga rata-rata tembaga.

Freeport menyebutkan dengan asumsi tingkat operasi sesuai rencana pada paruh kedua 2017, volume penjualan dari tambang Grasberg akan mencapai 1,0 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas sepanjang tahun ini. Pada 2016, Freeport mencatat penjualan tembaga sebesar 1,1 miliar pound tembaga dan 1,1 juta ounce emas.

Pada pertengahan April 2017, Freeport Indonesia mencatat tingkat ketidakhadiran pekerja yang tinggi dan berdampak signifikan pada tingkat pertambangan dan penggilingan.

Sepanjang Mei 2017, sejumlah besar karyawan dan kontraktor berpartisipasi dalam pemogokan dan tidak menanggapi banyak panggilan Freeport untuk kembali bekerja. Akibatnya, para pekerja ini dianggap telah mengundurkan diri secara sukarela sesuai dengan undang-undang dan peraturan di Indonesia.

“Pada kuartal II 2017, Freeport Indonesia mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak absensi pekerja, termasuk memproduksi dari stok di tambang dan pabrik. Freeport juga mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah pekerja dan mengembalikan pada tingkat operasi normal,” ungkap manajemen Freeport.(AT)