JAKARTA- Posturnya kecil. Tingginya sekira 145 cm-an, relatif pendek dibandingkan teman-teman sebayanya. Kemeja hitam yang sedikit longgar membalut tubuhnya yang kurus pada Rabu (10/5) siang nan cerah itu.

Tapi, Anda jangan meremehkan kemampuannya! Naufal Raziq, saat ini 15 tahun, adalah penemu energi listrik dari pohon kedondong (Spondias dulcis Forst). Hasil temuannya juga bermanfaat. Puluhan rumah di kampungnya, Tampur Paloh, Kecamatan Simpang Jernih, Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, sudah mendapatkan penerangan listrik dari hasil temuannya.

Naufal tengah berupaya menyempurnakan temuannya agar semakin bermanfaat dan berkelanjutan. Dia tengah mencari cara agar ada akselerasi daya pemulihan (recovery) energi listrik dari pohon kedondong secara optimal. Dia mengaku saat ini energi listrik dari pohon kedondong belum stabil.

“Saya coba eksperimen dengan proses charging menggunakan baterai sebagai penyimpan daya sehingga energi dari pohon kedondong siang harinya dapat disimpan di baterei dan pada malamnya energinya dapat kembali digunakan untuk menghidupkan lampu,” ujar Naufal menjawab Dunia-Energi saat bertemu di sebuah restoran di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Saat itu, Naufal ditemani ayahnya, Supriaman. Pada Rabu sore itu, Naufal dijadwalkan hadir sebagai narasumber pada talkshow salah satu televisi swasta di Tanah Air.

Menurut Naufal, dari percobaan sebelumnya, kemampuan pemulihan dari pohon kedondong membutuhkan waktu lama dan belum stabil. Saat ini, dia mengujicoba dengan proses penyimpanan energi dari pohon kedondong ke charger baterei dan dari sana ke lampu atau mirip proses solar cell.

“Saya berharap nyala lampu bisa stabil karena pada proses sebelumnya dengan langsung dari pohon ke lampu, energinya tidak stabil dan lama kelamaan drop dan recovery secara alaminya lambat sekali,” kata siswa kelas III Madrasah Tsanawiyah Negeri Kec Langsa Lama, Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, ini.

Naufal mengakui penemuan energi listrik dari pohon kedondong hingga bisa bermanfaat bagi banyak orang melalui proses yang panjang. Itu bermula saat dia duduk di bangku sekolah dasar dan menyenangi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sewaktu mempelajari buku IPA tentang teori zat asam bisa menjadi sumber energi listrik di kelas 6 SD, dia pun tertarik mempelajarinya lebih lanjut.

“Saya mendapat dukungan Bu Anita untuk melakukan eksperimen terhadap beberapa pohon yang akhirnya menemukan energi listrik dari getah pohon kedondong hutan atau penduduk setempat menyebut pohon kuda-kuda (keurundong pageu) untuk diubah menjadi tenaga listrik,” katanya.

Penemuan Naufal Raziq atas sumber energi listrik dari getah pohon kedondong pagar cukup mencengangkan semua masyarakat desa karena tidak ada yang menyangka pohon kuda-kuda (keurundong pageu) yang banyak tumbuh di daerahnya bisa menjadi sumber tenaga listrik yang aman dan murah. Apalagi ditemukan oleh seorang anak yang masih cilik.

Percobaan yang dilakukan Naufal mendapat dukungan dari orang tua dan guru untuk mendapatkan sumber energi listrik dari buah-buah yang mengandung asam seperti kentang, jeruk seperti yang dijelaskan pada pelajaran IPA yang diperolehnya. Awalnya Naufal melakukan eksperimen terhadap buah-buah namun berulang kali gagal sehingga mengalihkan percobaan langsung ke pohon dari buah-buahan tersebut.

“Pertama kali eksperimen dilakukan pada pohon mangga, tapi tidak menghasilkan listrik. Beberapa kali percobaan pada pohon yang lain, sampai pada akhirnya menemukan pohon kedondong pagar yang getahnya bisa menjadi sumber listrik,” katanya.

Esperimen yang dilakukan Naufal sangat sederhana. Media yang digunakan berupa lempengan besi yang menghubungkan kabel pada power supply berbentuk persegi panjang yang memuat kabel sebagai penghantar listrik serta kapasitor yang dihubungkan ke pohon kedondong pagar dengan cara dibor. Arus listrik sangat ditentukan oleh kadar asam pada pohon dan bisa menghasilkan energi listrik 0,5-1 volt yang mampu menghidupkan dua bola lampu yang bisa menyala sepanjang hari.

Sebelumnya, Naufal sudah melakukan lebih dari 60 kali percobaan dan menelan biaya sekitar Rp14 juta. Dengan temuannya ini, satu rumah dapat dialiri listrik melalui 10 pohon kedondong pagar. Belakangan, hasil temuan Naufal diikutsertakan pada kontes Teknologi Tepat Guna (TTG) se-Aceh pada 2015 dan mendapat juara ke-2 dengan hadiah uang pembinaan sebesar Rp 9 juta. “Saya senang dan bangga penemuan saya bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar,” ujar Naufal yang mengidolakan Mantan Presiden BJ Habibie dan penemu lampu pijar, Thomas Alva Edison, ini.

Remaja kelahiran Langsa, 20 Maret 2002 yang bercita-cita kuliah di Institut Teknologi Bandung ini mengaku akan terus melakukan eksperimen dalam bidang eletronika. Selain terus mengembangkan kebermanfaatan energi listrik dari pohon kedondong, Naufal kini juga tengah menyiapkan temuan baru yang juga cukup inovatif. Sayangnya, Naufal belum bersedia menjelaskan secara rinci temuan baru yang saat ini dalam proses eksperimentasinya. “Masih dalam ujicoba, nanti sudah berhasil akan saya jelaskan lagi,” katanya tanpa menyebut jenis inovasi yang tengah dikembangkannya tersebut.

Pohon kedondong penghantar energi listrik temuan Naufal R

Naufal dan Pohon Listrik

Supriaman, ayah Naufal, menambahkan saat ini Naufal fokus dalam pengembangan energi listrik pohon kedondong, di luar eksperimen temuan baru lain yang akan disampaikan di kemudian hari. Supri bersyukur anaknya bisa mendapat kemudahan dalam proses eksperimentasi tersebut dari PT Pertamina EP, kontraktor kontrak kerja sama SKK Migas. Selain dukungan finansial untuk ujicoba pohon listrik, menurut Supriaman, Naufal juga mendapatkan beasiswa pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. “Naufal inginnya kuliah di ITB,” katanya

Dalam kesempatan tersebut, Supri mengucapkan terima kasih kepada Pertamina EP melalui Pertamina EP Asset 1 Field Rantau yang telah mendukung penuh aktivitas eksperimentasi anaknya. “Kami juga telah mendapatkan hak paten dari Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM untuk pohon listrik ini berkat bantuan Pertamina EP,” katanya.

Secara terpisah, Manajer Humas Pertamina EP Muhammad Baron mengatakan Pertamina EP melalui Pertamina EP Aset I Field Rantau membantu pengembangan energi listrik dari pohon kedondong menuju skala yang lebih besar, terutama untuk menerangi kampungnya yang memang belum tersentuh jaringan listrik. Apalagi, Naufal memang berasal dari Tampur Paloh, dusun yang jauh di pedalaman pelosok Aceh.

Baron menjelaskan, kisah Naufal adalah kisah sukses sinergi antara Pertamina dan masyarakat dalam menciptakan inovasi yang memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, yang perlu dicontoh oleh daerah-daerah lain di Indonesia. “Naufal ini discovery untuk bangsa. Kami akan mendukung apabila muncul Naufal-Naufal lain dari wilayah kerja Pertamina EP lainnya demi kemandirian energi nasional,” katanya. (dr/at)