Pagi-pagi sekali suara keriuhan anak – anak sudah terdengar di salah satu pusat belanja di kawasan Kuningan, Jakarta. Bukan hal biasa memang, karena selain di Sabtu pagi yang biasa libur, para anak-anak itu juga menggunakan seragam rapih layaknya pergi ke sekolah.

Kemeriahan yang ada juga ditambah dengan kehadiran berbagai alat peraga ilmu pengetahuan. Ada ragam alat peraga robotic dengan variasi rangkaian elektronik sederhana serta beberapa anak terlihat mengotak-atik rangkaian tersebut sehingga bisa bergerak dengan sedikit kaku.

Tidak mau kalah dengan rangkaian elektronik, disisi lain atrium ada sebagian anak yang tengah asyik mencoba beberapa penemuan bahan bakar alternatif. Edukasi yang dibungkus dengan hiburan serta keceriaan anak-anak ini ternyata bagian gelaran Pertamina Science Fun Fair 2016.

Keriuhan makin menjadi saat pembawa acara mengumumkan kehadiran Naufal, siswa kelas 3 MTS Negeri Langsalama, Aceh yang menggemparkan dunia inovasi teknlogi Indonesia dalam kurun waktu setahun terakhir. Bukan alasan biasa memang tepuk tangan meriah yang diterima Naufal. Pasalnya anak asal ujung barat Indonesia ini menemukan pembangkit listrik bertenaga asam pohon.

Bermodalkan peralatan sederhana dan beberapa batang pohon Kedondong pagar atau hutan, anak berperawakan khas masyarakat Aceh yang memiliki nama lengkap Naufal Raziq ini sukses menemukan cara untuk menjadikan kandungan asam di dalam pohon diubah menjadi energi listrik.

Naufal menceritakan awal mula penemuan ini adalah tugas pada mata pelajaran IPA saat Ia masih duduk di bangku kelas 2. Dalam tugas tersebut para siswa dituntut untuk bisa melakukan percobaan ilmiah dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada disekitar lingkungan. Listrik pun menjadi pilihan Naufal yang teringat pelajaran saat SD yang menyebutkan asam dalam buah mengandung tegangan listrik.

“Jadi awalnya percobaan dilakukan di buah dulu” kata Naufal kepada Dunia Energi saat ditemui di sela-sela Pertamina Science Fun Fair (29/10).

Pecobaan dengan buah sebenarnya membawa hasil yang tidak jelek, listrik memang bisa dihasilkan namun tegangannya naik turun alias tidak stabil dan terlalu kecil. Naufal pun memutar otak serta berdiskusi dengan sang Ayah Supriaman. Logika Naufal akhirnya mulai bergerak cepat, ia menyadari bahwa kandungan asam dalam buah pasti ada sumbernya yakni pohon. “Pikir saya kalau di buah ada pasti bisa juga dicoba di pohon,” kata dia polos.

Setelah melalui beberapa langkah seleksi dan evaluasi, pilihan Naufal jatuh ke pohon kedondong pagar. Si Kedondong dipilih juga bukan tanpa alasan. Selain karena banyak hidup di lingkungan Naufal, kandungan asam yang stabil dari getah pohon adalah syarat utama untuk bisa diterapkan dalam percobaan. Sementara nama pagar sendiri diberikan karena predikat si pohon yang sering dijadikan sebagai pagar oleh warga.

Percobaan Naufal yang sukses di pohon Kedondong dengan nyalanya lampu berkekuatan 5-10 watt ini pun mengejutkan guru di sekolahnya. Tanpa perlu waktu lama temuan Naufal ini diikutsertakan dalam sebuah acara inovasi teknologi tingkat kabupaten. Dalam ajang tersebut pohon listrik Naufal memang tidak meraih posisi terbaik dan hanya menduduki posisi harapan 1. Tapi harapan 1 disini adalah untuk kategori umum bukan di kategori pelajar.

Prestasi ini membuat pohon listrik Naufal menjadi buah bibir dunia pendidikan danteknologi khususnya di Kota Langsa. Berbagai perbaikan serta evaluasi dilakukan untuk membuat pohon listrik lebih bisa diterima dan diaplikasikan ke masyarakat.

Menurut Naufal untuk bisa menghasilkan tegangan yang seimbang dari pohon, dia bersama sang ayah terus memodifikasi model serta metode dalam mengubah kandungan asam menjadi tegangan listrik.

Setelah dirasa cukup evaluasi maka pihak sekolah pun kembali mengikut sertakan temuan pohon listrik ini ke festival Teknologi Tepat Guna tingkat provinsi yang merupakan ajang pencarian bakat para inovator di bumi serambi Mekah.

Peribahasa pucuk dicinta ulam tiba rasa-rasanya cocok untuk mengambarkan pertemuan antara Naufal dengan PT Pertamina EP Rantau Field. Pohon listrik Naufal yang meraih peringkat kedua di Teknologi Tepat Guna terendus oleh tim CSR Pertamina EP Rantau yang memang gencar mencari berbagai inovasi yang bisa berguna dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

Dedi Zikrian, Asisten Manager CSR Pertamina EP Rantau, mengatakan penemuan pohon listrik Naufal dianggap sangat sejalan dengan visi kemandirian energi yang diusung Pertamina. “Temuan seperti ini memang yang kami cari,” kata Dedi sumringah saat ditemui Dunia Energi beberapa waktu lalu.

Gayung pun bersambut. Tawaran bantuan untuk mengembangkan pohon listrik dari Pertamina EP direspon positif. Setelah bersama dikembangkan dengan tim ahli dari Pertamina EP Rantau, pohon listrik Naufal mengalami beberapa evolusi.

Sampai sekarang pohon listrik ini sudah memasuki generasi ke 4 untuk elektrodanya. Dulu sekali pohon listrik hanya bermodalkan lempengan besi, lalu tembaga dan besi bentuk silinder bulat dan tabung. Sekarang sistemnya juga di bor tidak hanya menyedot getah asam dikulit pohon, jadi setelah dibuat silinder baru nanti elektroda dimasukan ke dalam pohon karena energi diperoleh dari getah asam pohonnya.

Pertamina EP yang merupakan anak usaha Pertamina di bidang ekplorasi produksi ini juga memboyong temuan Naufal ke peneliti di Universitas Diponegoro. Hasilnya ditemukan beberapa cara untuk mensiasati penurunan tegangan setelah pohon lama dipakai yakni dengan menggunakan tembaga dengan seng. “Jadi silinder tembaga di dalamnya lipatan seng dan itu jadi lebih stabil,” Dedi.

Evolusi yang dicapai kini sudah bisa dilihat hasilnya dan dirasakan manfaatnya secara luas. Cita-cita Naufal yang ingin memberikan sumbangsih melalui temuannya kini benar-benar terjadi. Sekitar 40 rumah di dusun Tampur Paloh, Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur kini sudah bisa menikmati cahaya lampu penerangan pada malam hari.

Asal tahu saja, sejak Indonesia merdeka desa Tampur Paloh harus hidup dalam kegelapan karena tidak terjangkau aliran listrik dari dari PT PLN, wajar memang karena lokasi Tampur Paloh terletak jauh di pedalaman hutan Sumatera. Kalaupun ada penerangan para warga desa harus bisa menyediakan dana yang tidak sedikit untuk membeli bahan bakar mesin generator.

Implementasi pohon listrik yang dikenal juga dengan energy tree ini memang terbilang fenomenal, meskipun baru bisa diaplikasikan untuk lampu penerangan tapi paling tidak kehadiran energy tree bisa memberikan stimulus bagi warga untuk menambah semangat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Kini anak-anak bisa belajar dengan lebih nyaman di malam hari dengan kehadiran lampu penerangan. Ini tentu berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di sana.

Tidak dapat dipungkiri ditengah kesulitan instrumen pemerintah untuk menjangkau Desa Tampur Paloh, energy tree sukses memberikan harapan baru kepada sekitar 107 kepala keluarga disana. Karena energy tree juga diterapkan ke berbagai fasilitas umum termasuk sekolah, dan klinik.

Mengapa demikian? karena energy tree juga terbukti ampuh menjadi penyulut bagi peningkatan kegiatan ekonomi warga. Caranya dengan peningkatan kuantitas produk anyaman karena bisa diproduksi pada malam hari.

Naufal sang penemu energy tree sampai terharu bercampur kegirangan ketika berkunjung ke Tampur Paloh. Karena hasil karyanya benar-benar bisa membantu kehidupan masyarakat disana. Ia pun merasa makin bersemangat untuk bisa terus mengembangkan dan memperbaharui temuannya agar energy tree bisa dikembangkan di alat elektronik.

“Senang sekali pas lihat sudah ada penerangan di Tampur Paloh, saya mau terus kembangkan biar semoga nanti pohon listrik bisa buat alat elektronik juga” ungkap Naufal bangga.

Pencapaian Naufal bersama energy tree terus dipantau dan dikembangkan bersama Pertamina EP. Bahkan energy tree juga sudah didaftarkan di di Dirjen Kekayaan Intelektual (HKI) atas nama Naufal. “Sudah didaftarkan dan tinggal dilakukan uji verifikasi sebelum disahkan” ujar Naufal girang.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi mengaku sangat menyambut positif pencapaian Naufal dengan temuannya.

Ophirtus Sumule Direktur Sistem Inovasi Kementerian Riset dan Teknologi menyatakan apresiasinya terhadap pohon listrik yang ditemukan Naufal. Menurut dia, inilah salah satu potensi kelebihan anak-anak Indonesia yakni di umur masih belia sudah memiliki wawasan jauh kedepan dan beruntung ada pihak yang mau ikut mendampingi potensi itu bahkan sampai mendaftarkan hak patennya.

“Memang perlu penyempurnaan namun bahwa mereka punya wawasan bisa menciptakan hal baru itu sangat luar biasa” kata Ophirtus saat ditemui Dunia Energi.

Menurutnya temuan pohon listrik ini bisa menjadi solusi dari masalah distribusi listrik di daerah pelosok yang sulit dijangkau fasilitas listrik dari negara, namun tetap diperlukan kajian lebih dalam dan penyempurnaan, karena untuk bisa diproduksi dan digunakan secara masal masih ada variabel lain yang patut diperhatikan. Jadi tidak hanya dari sisi teknologi saja masalah perilaku masyarakat misalnya harus dilihat semua.

“Teknologi mungkin hanya sebaian kecil dari suatu inovasi. Tapi temuan ini memang punya potensi kesana (digunakan secara masal)” ungkap Ophirtus bersemangat.

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, menyatakan kisah Naufal dan pohon listrik temuannya adalah salah satu kisah sukses sinergi Pertamina dengan masyarakat yang harus diikuti di berbagai wilayah Pertamina lain di penjuru tanah air. Hal tersebut adalah sebagai wujud kesadaran perusahaan untuk bisa memberikan sumbangsih secara nyata kepada kehidupan masyarakat khususnya di sekitar wilayah operasi.

“Naufal ini discovery untuk bangsa, Syukur ada di wilayah kerja Pertamina lain sehingga kita dari awal bisa inventarisir untuk cek mana penemuan yang bisa dikembangkan lebih luas. Semua kesempatan terbuka kita sediakan wadahnya,” tandas Wianda.(RI)