Kinerja Pertamina EP Asset I Field Rantau, unit operasional PT Pertamina EP, kontraktor kontrak kerja sama di bawah supervisi dan koodinasi SKK Migas, mendapat apresiasi board of director Pertamina EP. Maklum, kinerja operasi-produksi hingga pertengahan Oktober 2017 melampaui target dalam rencana kerja anggaran perusahaan. Selain itu, Field Rantau juga tetap konsisten dan komitmen dalam merealisasikan program kerja Pertamina EP dalam tanggungjawab sosial dan lingkungan. Beragam kegiatan CSR dan lingkungan dikerjakan secara serius dan profesional oleh Pertamina EP Field Rantau dengan melibatkan masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan juga lembaga swadaya masyarakat.

Untuk mengetahui lebih jauh soal tanggungjawab sosial Pertamina EP Field Rantau, berikut petikan wawancara Dunia-Energi dengan Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di sela peresmian Rumah Informasi Tuntong Laut di Seruway, Aceh Tamiang, belum lama ini.  Petikannya:

Bisa Anda jelaskan bagaimana konsep tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan diimplementasikan oleh PT Pertamina EP?
Kami punya value yang namanya people, kemudian proses, teknologi, environment. Fokus kami bagaimana men-develop people PEP supaya menjadi profesional, punya value dan bisa kompetitif di manapun di industri ini sehingga kalau kami punya subsdiary yang banyak di holding (Pertamina Hulu Energi, Pertamina International EP, Pertamina EP Cepu) orang-orang bisa ke mana saja. Tidak hanya di PEP terus, bisa di korporat, ke mana saja. Makanya penting people development. Kemudian proses, menyangkut sistem proses bisnis. Banyak hal semua modelnya harus online, harus real time. Segala sesuatu ada yang namanya SOP (standard operating prodecure). Ada tata kerjadan sebagainya. Itu kami perkuat, siapapun yang memimpin PEP, bukan selera tapi sistem dan proses yang jalan, tinggal improvement-nya. Tetap segala sesuatnya ada style tapi tidak mengubah banyak. Apa yang sudah dibangun sudah establish dan tinggal improve.

Teknologi jelas, kita itu industrinya high risk, high investment. Karena itu, teknoligi itu is must. Kita bekerja di permukaan. Teknologi yang bisa mengoptimasi hasil kita dari potensi menjadi produksi yang bisa kita angkat dengan biaya yang efektif dan efisien. Terakhir, environtment. Kami sangat aware. Di manapun kami beroperasi, di sanalah kita bersatu dengan masyarakat, komunitas dan lingkungan. Selalu ada kegiatan untuk pengembangan lingkungan, konservasi. Setiap kegiatan usaha kita selalu berkaitan itu. Di Subang, Jawa Barat misalnya bekerja sama untuk mempertahankan Owa Jawa. Kemudian di Matindok (Sulawesi), ada Burung Maleo. Di sini (Rantau, Aceh Tamiang) ada tuntong laut. Tuntong itu sejenis reptil yang sangat langka spesiesnya. Itu kategorinya dangerous. Supaya tidak punah, kami lakukan konservasi kerjasama dengan BKSDA Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian di tempat-tempat lain, di Cepu, Jawa Tengah ada rusa Jawa.

Artinya konsep TJSL PEP itu bukan sekadar slogan?
Benar sekali, itu tidak hanya value slogan. Dalam implementasinya kelihatan bahwa kami sangat aware dan sangat memperhatikan operasional dengan masalah dengan lingkungan termasuk CSR, pemberdayaan masyarakat. Idenya adalah suatu saat kan operasi kami akan berakhir, apa minyak habis, gas habis, cadangan habis. Itu terjadi di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Dulu tempat tersebut aktif. Ada kilang, ada pemasaran, ada EP. Begitu ditinggalkan, masyarakatnya sangat kehilangan. Kegiatan ekonomi turun. Belajar dari sana, kami tak ingin seperti itu. Suatu saat, 10-20 tahun lagi Rantau, masyarakat bisa mandiri dan bahkan bisa sejahtera bahkan punya kegiatan lebih baik, bercocok tanam, budidaya perikanan, peternakan, kerajinan tangan, dll. Kalau kita lihat, produk warga di sini tidak kalah dari tempat lain, bahkan punya tempat khas. Eranya online bisa terbuka lagi, harusnya bisa lebih agresif memasarkan sehingga bisa mendapatkan pendapatan seperti itu. Usaha kreatif.

Untuk kegiatan TJSL tampaknya PEP Rantau jadi pionir bagi PEP?
Memang keunggulan Rantau karena dapat penghargaan Proper Emas dua kali, 2015 dan 2016. Mudah-mudahan tahun ini juga dapat untuk kali ketiga. Field Rantau itu banyak kelebihan. HSE baik. Housekeeping, safety, operation management-nya. Tentunya dari sisi HSE kami tidak ada masalah. Kemudian tinggal masalah kegiatan CSR. Kalau kami lihat, memang terasalah impact-nya ekonomi rakyat. Saya mendapat informasi ada warga binaan Pertamina EP Field Rantau yang budidaya lele penghasilan satu orang bisa Rp 30 juta. Itu luar biasa. Dan kelihatannya pasar (lele) masih terbuka. Ada juga ibu-ibu yang punya penghasilan dari kerajinan tangan. Kemudian dari sisi industri fesyen kerudung, baju, bordiran, dsb. Itu yang kami harapkan. Dengan demikian, mereka punya kemandirian dan tidak bergantung pada Pertamina EP Field Rantau.

Aspek lainnya?
Dari sisi ketahanan, karena mereka sejahtera, masyarakat di sisi kami (sekitar wilayah operasi Pertamina EP Field Rantau) seperti di daerah lain ada pencurian, illegal taping. Di sini sangat minimal. Dulu PEP Rantau pernah losses 1,2%, sekarang sudah 0,6%. Wilayah operasi di sini tak perlu dibuat pagar, dikasih benteng. Masyarakat yang menjaga aset ini karena interaksi dengan kami karena mereka merasa dibantu dengan adanya program pemberdayaan selain kesejahteraannya juga sudah tumbuh bagus sehingga mereka tak perlu bergantung pada kami. Mereka sudah mandiri. Kami harapkan ini menjadi multiplier. Kalau kami sudah membuat empat daerah yang menjadi sentra-sentra ekonomi yang bagus, dari empat itu direplika jadi 8 jadi 16, semacam sel. Kalau Aceh Tamiang sudah seperti itu secara ekonomi tumbuh ekonomi bagus sehingga tidak lagi mengandalkan migas.

Agar Pertamina EP Field Rantau dapat Proper Emas lagi, apa inovasi baru di sektor lingkungan?
Inovasinya lebih ke teknologi. Beberapa tahun lalu ada electiricy dari tree. Sekarang kami konversi energi matahari/solar cell menjadi energi kinetik untuk menjalankan boat/perahu bermesin. Itu ada di Seruway. Kelebihannya, tak memakai BBM. Dari energi matahari kemudian dikonversi menjadi tenaga kinetik, menjalankan perahu. Suara perahu jadi halus, tidak ada polusi, lebih hemat. Modal solar cell dan peralatan yang didesain oleh warga binaan kita. Ada local hero. Kami harapkan itu kembangkan lagi. Ini baru pilot project, ada dua boat. Nanti akan direplika untuk yang lain. Bisa saja ini menjadi alat untuk kegiatan oil and gas. Kita kan butuh energi, bagaimana energi kinetik atau gerak untuk keperluan kita.

Itu kapal apa?
Kapal kayu biasa saja. Bisa pakai fiber. Propiler-nya bisa menggerakkan sehingga perahunya bisa jalan. Seperti motor tempel. Bukan karena mesinnya digerakkan oleh BBM, tapi tenaga elektrik dari matahari dikonversi jadi gerak. Seperti mobil listrikk.

Idenya muncul dari siapa?
Awalnya dari masyarakat. Kami bantu dukung modal. Lalu, dikembangkan. Mungkin nanti desainnya dibagusin lain.

Apakah kegiatan TJSL Pertamina EP Field Rantau bisa direplikasi di field Pertamina EP lainnya?
Bisa, itu penting. Tidak hanya teknologi, yang hari-hari ini kami ada CIP (Continous Improvement Program). Setiap tahun kami adakan, mulai dari tingkat field, inovasi-inovasi apa yang bisa improve dan meningkatkan teknologi cara kerja, nanti bawa ke tingkat asset, tingkat pusat, sampai tingkat corporate dengan CIP dari direktorat lain sampai ke internasional. Saat ini ada dua tim kami (PEP) di Filipina sedang bertanding. Tim Poleng di Taiwan dapat Silver. Inovasinya di pemboran. Ada juga di bidang keuangan membuat aplikasi software yang mempermudah. Itu pendekatan sistem, online, realitme, lebih cepat. Nah itu kami replika ide teman-teman di Jatibarang, ini bisa digunakan di Prabumulih atau Pendopo.

Ada penilaian terhadap replikasi?
Replikasi pun ada penilaiannya. Kami lihat seberapa besar impact-nya, replikasinya. Betul-betul tidak hanya untuk pertandingan. Kami audit. Benar nggak member value. Kami tampilkan, ada teknologi ini. Bisa hemat sekian juta dolar AS. Bisa improve yang setara sekian juta dolar. Itu diaudit. Tidak bluffing. Dihitung. Ada orang keuangan, audit, teknis. Begitu approve, terbukti kami replikasi ditempat lain.

TJSL PEP Rantau sangat bagus. Aktivitas operasi produksi pun sudah melewati target. Mengapa bisa begitu?
Sebenarnya semua faktor mendukung. Artinya, dari sisi potensi, lapangan Rantau termasuk giant field yang ditemukan 1940-an yang sampai sekarang masih produksi. Kemudian mungkin perkembangan teknologi. Dulu orang mengira tak ada seismisk, hanya ada geologi permukaan. Ada potensi pengeboran, dibor. Dengan adanya seismik tiga dimensi, kita bisa lihat geometri ada 400-an sumur sehingga bisa korelasikan dan sebagainya. Yang tak kalah pentingnya adalah sumber daya manusia (SDM). Kalau ada potensi, SDM malas, tidak kreatif dan sebagainya. Jangan hanya potensi. Ada keinginan kerja keras,kreativitas, pantang menyerah, selalu temukan hal baru. Kemarin ada sumur 414 dan 48, berhasil meningkatkan produksi hingga 500 barel. Ini kan potensi ada, SDM kreatif, kerja keras sehingga akhirnya menemukan tambahan produksi termasuk tambahan cadangan karena ada layer baru zona 400 diproduksikan sumur alam, tak perlu artificial lift, efisien sudah produktivitas tinggi, ada gasnya yang bisa kami masukkan ke jaringan dan manfaatkan. Yang seperti ini kita perlukan sehingga walaupun lapangan mature (brown field), potensi selalu ada. Tiap pagi dengan field manager, saya bilang bisa sampai 3000 barel per hari. Lama-lama naik dari 2.200, 2.500, 2.700. Cari lagi yang seperti itu. Mulai lagi, studi lagi. Harus teliti, detail melihat sekitarnya. Mungkin nanti akan tambah kegiatan, tambah sumur. Hitung saja, kalau secara keekonomian bagus, kenapa tidak? Kan hasilnya kembali. Tak usah takut. Apalagi nambah rig supaya kegiatannya agresif. Secara keekonomian bagus, silakan dieksekusi. (DR)