JAKARTA- Kursi direktur utama PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi nasional, sementara ini kosong setelah board of director (BOOD) Pertamina memutuskan untuk tidak memperpanjang jabatan Rony Gunawan pada Jumat (20/1). Rony “diparkir” sebagai Senior Vice President Health, Safety, Security and Environtment (HSSE) Pertamina. Rony, yang mantan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, itu diberi tugas oleh manajemen Pertamina untuk meningkatkan aspek HSSE di seluruh Pertamina agar menjadi lebih baik.

Menurut Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, pengganti Rony Gunawan masih dalam proses. Dia tak bersedia menyebut identitas calon yang dijagokan bakal menjadi nakhoda baru Pertamina EP. “Insya Allah dalam waktu dekat bisa dilantik,” katanya.

Syamsu hanya menyebut sejumlah kriteria untuk direktur utama baru Pertamina EP. Sosok calon dirut perusahaan yang memiliki wilayah operasi dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua itu adalah pemimpin (leader) yang bisa mengajak seluruh pekerja di Pertamina EP kreatif, inovatif, dan mempunyai kemampuan untuk mencari solusi-solusi dengan pendekatan bisnis, serta membangun tim yang solid. “Dirut baru nantinya juga harus selalu mengutamakan aspek HSSE dan governance yang baik,” jelas Syamsu kepada Dunia-Energi.Com, Jumat malam.

Dirgo D Purbo, dosen ketahanan energi pada Lembaha Ketahanan Nasional (Lemhanas), menilai sosok ideal untuk posisi direktur utama Pertamina EP adalah yang sudah lama berkecimpung di bidang eksplorasi dan produksi hulu migas. Selain itu, figur calon dirut Pertamina EP harus punya jam terbang di bidang petroleum engineering. “Figur dirut baru Pertamina EP harus menyiapkan strategi menghadapi tantangan ke depan yang akan dihadapi perusahaan,” ujarnya.

Menurut Dirgo, Pertamina harus hati-hati (prudent) memilih calon dirut baru Pertamina EP karena Pertamina akan meningkatkan kekuatan dis ektor hulu. Selain mengandalkan produksi dari luar negeri lewat akusisi dan merger, produksi dari lapangan domestik masih jadi andalan, terutama dari beberapa sumur tua yang masih punya potensi sangat besar terutama di ladang gas.

“Sektor hulu akan jadi profit centre lagi karena Pertamina baru saja mendapatkan beberapa wilayahg kerja yang baru dari pemerintah,” jelas Dirgo kepada Dunia-Energi.Com

Menurut analisis Dunia-Energi.Com, sejumlah nama bakal menjadi calon kuat pengganti Rony Gunawan. Mereka adalah Gunung Sardjono Hadi yang saat ini menjabat Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Direktur Pengembangan PHE Bambang Manumayoso, dan mantan Direktur Utama PT Pertamina Gas Hendra Jaya . Selain itu, Exploration & New Discovery Project Director Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dan Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Direktorat Hulu Pertamina Meidawati juga masuk dalam radar untuk menjadi orang nomor satu di Pertamina EP.

Nama Nanang Abdul Manaf termasuk yang berada di peringkat paling atas untuk menduduki kursi dirut Pertamina EP. Pesaing serius Nanang untuk menjadi dirut Pertamina EP sejatinya bukan datang dari Gunung atau Bambang Manumayoso, apalagi Hendra Jaya. Gunung kecil kemungkinan bergeser menjadi dirut Pertamina EP. Apalagi, Gunung sudah tiga kali menduduki kursi anak usaha. Sebelum jadi dirut Pertamina Hulu Energi, Gunung pernah menduduki kursi dirut PT Pertamina Gas dan PT Badak NGL. Adapun Bambang Manumayoso, kalau pun bergeser, tidak menjadi dirut EP, tapi dirut anak usaha Pertamina lainnya.

Akan halnya Hendra Jaya, ini yang masih teka-teki. Padahal, kinerja Hendra cukup elok, baik saat memimpin PT Nusantara Regas (perusahaan patungan Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk) maupun saat menjabat direktur utama PT Pertamina Gas. Selain Gunung Sardjono Hadi, Hendra sejatinya adalah dirut anak usaha Pertamina yang paling pantas mengisi salah satu pos BOD induk usaha saat penambahan direksi baru pada akhir November 2016. Namun, hingga kini Hendra masih “menganggur”. Kemungkinan besar Hendra dipersiapkan mengisi salah satu posisi dirut pada anak usaha lain Pertamina.

Balik lagi ke Nanang Abdul Manaf. Kompetitor utama Nanang sejatinya tertinggal Mediawati. Sarjana teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya, Palembang kelahiran Jakarta, 53 tahun lalu ini malang melintang di sektor hulu Pertamina. Karier Mediawati berawal sebagai seorang teknisi di Pertamina Hulu wilayah Prabumulih pada 1995 sebelum berkembang dan menjadi ahli evaluasi ekonomi Pertamina Hulu pada 1999 dan Ahli Anggaran pertamina Hulu pada 2002. Pada 2005, Meidiawati menjabat asisten manajer perencanaan Pertamina. Kariernya terus menanjak pada 2009 saat menjabat manajer perencanaan anggaran manajemen risiko serta pada 2011 menjadi vice president strategic planning risk management pada 2011 dan Vice President Planning Project Risk Management Pertamian Hulu Energi. Sejak 2015, Meidiawati menjabat SVP Upstream Strategic Planning & Operation Evaluation Direktorat Hulu Pertamina selain menjadi komisaris Pertamina EP.

Kans Mediawati dan Nanang berimbang untuk menjadi dirut Pertamina EP, kendati posisi Nanang lebih diunggulkan sedikit. Maklum, Nanang sudah mengetahui “isi perut” Pertamina EP sejak lama. Apalagi, sejak 23 April 2015 Nanang menjabat direktur eksplorasi dan pengembangan baru Pertamina EP hingga saat ini. Sebelum didapuk jadi direktur Pertamina EP. Sebelumnya, Nanang malang melintang di dunia eksplorasi. Jabatan yang pernah diembannya adalah Vice President Business Initiatives & Valuation, Upstream Business Development PT Pertamina (Persero) dan Vice President Exploration Pertamina EP selama sekitar duta tahun 11 bulan. Sebelum itu, Nanang pun pernah menjadi General Manager Pertamina EP Libya selama satu tahun sembilan bulan, pada Juli 2009 hingga Maret 2011.

Di luar itu, Nanang juga sosok yang ramah namun tegas serta pandai bekerja sama. Tak hanya di internal Pertamina EP, juga dengan induk usaha dan mitra kerja Pertamina lainnya. Komisaris Utama Pertamina EP Ahmad Bambang yang juga wakil direktur utama PT Pertamina (Persero), tentunya tahu betul sosok Nanang selama hampir dua tahun menjabat direktur di Pertamina EP. Apalagi bagi Syamsu Alam, direktur hulu Pertamina. Nanang adalah “tangan kanan” Syamsu saat Syamsu menjabat direktur utama Pertamina EP sebelum diganti pada November 2013. Melihat kenyataan itu, tak salah apabila BOD Pertamina menempatkan Nanang, yang sarjana geologi Institut Teknologi Bandung, itu di urutan pertama menjadi pengganti Rony Gunawan. Apalagi, kinerja Nanang juga terbukti moncer.

Di masa Nanang, pada 2015, dari 37 sumur yang diproyeksikan pada RKAP, Pertamina EP berhasil mengebor sumur baru eksploitasi sebanyak 40 sumur atau setara 140%. Produksi minyak dari 40 sumur baru eksploitasi itu untuk meminimalkan decline rate produksi sepanjang tahun lalu. Kesuksesan kegiatan pengeboran dan juga work over, tidak lepas dari inovasi dan efisiensi yang dilakukan oleh karyawan Pertamina EP di bawah koordinasi Nanang.

Selain kegiatan pengeboran, Pertamina EP pada saat itu juga sukses melakukan kegiatan work over bahkan melebihi target yang sudah ditetapkan. Dari rencana 13 sumur work over, terealisasi sebanyak 29 sumur. Dari 29 sumur work over tersebut, termasuk 7 kegiatan fracturing dan 1 POP.

Pada 2016, kinerja positif kegiatan eksplorasi Pertamina juga diakui oleh pemerintah. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bahkan memberikan penghargaan kepada Pertamina EP untuk kinerja terbaik 2016 atas komitmen perusahaan dalam menemukan cadangan migas baru melalui aktivitas eksplorasi.

“Kami berkomitmen untuk mencari dan menemukan cadangan migas untuk mendukung ketahanan energi Indonesia. Kami bersyukur mendapatkan penghargaan dari SKK Migas untuk kategori survei darat terbaik, pemboran eksplorasi terbaik dan peringkat ke-2 pemboran eksploitasi terbaik,” ujar Nanang.

Menurut Nanang, target Pertamina EP pada 2016 untuk kegiatan survei darat (seismik) tiga dimensi (3D) seluas 785 km2 dan berhasil direalisasikan mencapai 951 km2 atau sebesar 121% di atas target. Sedangkan target seismik 2D 2016 sepanjang 941 km, Pertamina EP berhasil merealisasikan hingga 953 km atau 101% di atas target.Untuk kegiatan pemboran eksplorasi, target 2016 adalah delapan pemboran sumur eksplorasi, hingga Desember lalu lima sumur telah selesai atau sebesar 63% dari target. Satu sumur lagi saat ini dalam tahapan persiapan rig up.

“Kami berterima kasih atas sinergi seluruh fungsi dan dukungan yang baik dari seluruh stakeholder, terutama SKK Migas dan Pertamina sehingga aktivitas operasi perusahaan dapat berjalan lancar,” ujar Nanang.

Komitmen Pertamina EP dalam kegiatan eksplorasi demi mendukung ketahanan energi nasional memang tak perlu diragukan. Hal ini ditunjukkan, misalnya, dengan memulai awal 2017 dengan melakukan pemboran dua sumur migas baru. Sumur pertama yang di bor adalah sumur eksplorasi Puspa 03 atau PPA-003 di Kabupaten Muaro Jambi ,Provinsi Jambi dan Sumur kedua adalah sumur pengembangan OGN-A5 di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan yang keduanya di bor pada 01 Januari 2017.

“Aktivitas pemboran di dua lokasi ini merupakan wujud komitmen kami dalam mendukung ketahanan energi Indonesia. Di satu sisi melalui pemboran eksplorasi kami mencari cadangan migas, sementara pemboran pengembangan untuk mendukung pemenuhan target produksi minyak PT Pertamina EP sebesar 83.865 BOPD dan gas sebesar 1.042 MMSCFD”, ujar Nanang, baru-baru ini.

Selain pemboran eksplorasi Puspa 03, di Jambi ada 1 lagi pemboran sumur eksplorasi yang sedang berjalan, yaitu Sumur Point Setia 001 di Kabupaten Batang Hari, yang mulai dibor sejak tanggal 19 Oktober 2016, dengan target waktu pengerjaan sekitar 4 bulan. Menurut dia, pemboran eksplorasi untuk 2016 telah selesai lima sumur, satu sumur memasuki tahapan komplesi, dan dua sumur dalam tahapan pengeboran termasuk Sumur Point Setia 01, dengan realisasi temuan cadangan sebesar 113 MMBOE atau 103% diatas target sebesar 110 MMBOE. Sementara untuk 2017 target pemborannya terdapat tujuh sumur eksplorasi, yang tersebar di area Sumatera empat sumur, area Jawa dua Sumur dan area Kalimantan satu sumur.

Melihat rekam jejak dan kinerja Nanang selama ini, wajar kiranya manajemen Pertamina memberikan kepercayaan kepada Nanang untuk memimpin Pertamina EP. Apalagi, Pertamina EP hingga kini masih menjadi kontributor terbesar produksi migas bagi induk usaha kendati dari sisi kontribusi finansial cenderung turun karena harga migas global yang terus luruh. (DR/RI/RA)