JAKARTA –  Pemerintah dinilai tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan di sektor energi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya surat persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  untuk menaikkan harga jual gas Lapangan Grissik, Blok Koridor yang dioperasikan ConocoPhillips Indonesia Grissik Ltd (CPGL) di Sumatera Selatan untuk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Harry Poernomo, Anggota Komisi VII DPR,  mengatakan kebijakan tersebut tidak sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo yang menginginkan harga gas menjadi murah,  sehingga menghasilkan produk jadi bagi masyarakat dengan harga  kompetitif.

“Alasan kenaikan harga gas ini saya tidak mengerti, bahkan bertentangan dengan perintah Presiden,” kata Harry kepada Dunia Energi, Kamis (3/8).

Menurut Harry, sudah lama kebijakan Kementerian ESDM tidak pernah konsisten dan terlihat seakan-akan tidak memahami permasalahan. Hal ini juga yang menyebabkan adanya kabar bahwa Kementerian ESDM mendapatkan teguran dari Presiden.

“Akhirnya salah diagnose mengakibatkan ketidakpastian bagi pelaku bisnis,” ungkap dia.

Dalam surat bernomor 5882/12/MEM.M/2017 yang diteken oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan per tanggal 31 Juli 2017, harga jual gas dengan volume 27,27 – 50 BBTUD dinaikkan US$ 0,9 per MMBTU dari sebelumnya US$ 2,6 per MMBTU menjadi US$ 3,5 per MMBTU. Kenaikan tersebut mulai berlaku hingga berakhirnya kontrak Perjanjial Jual Beli Gas (PJBG) antara ConocoPhillips dan PGN pada 2019.

Saat dikonfirmasi, Jonan mengaku tidak ingat adanya surat edaran persetujuan tersebut.

Tidak ingat saya, tidak ingat,” kata Jonan di Kementerian ESDM Rabu malam (2/8).

Namun Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM tidak menampik adanya surat edaran tersebut. “Iya benar ada,” kata dia.

Kontrak ConocoPhiilips di blok Koridor diteken pada 1983 dan akan berakhir pada 2023. Sementara pembangunan kilang gas pusat (CGP) yang menandai dimulainya produk gas dilakukan pada 1998, dengan gas yang dipasok ke proyek steam flood Duri di Sumatera bagian tengah.

Saat ini, gas dari Blok Koridor dialirkan melalui jalur pipa yang dioperasikan oleh PT Transportasi Gas Indonesia (TGI ) Lapangan Sumpal, dengan gas yang dialirkan melalui jalur pipa Siangapura TGI.

Pada  2002, lapangan Suban tahap pertama mulai berproduksi Bulan Desember 2006, ConocoPhilips ( Grissik) Ltd. menyelesaikan pengembangan kedua.(RA)