JAKARTA – Lelang 14 wilayah kerja minyak dan gas konvensional periode 2016 hanya menghasilkan satu pemenang. Pasalnya, meski memiliki sejumlah peserta yang ikut lelang, tidak semua dinilai mampu mengelola wilayah kerja yang ditawarkan.

“WK yang kita lelang ada tujuh, peminatnya enggak cukup banyak. Setelah kita evaluasi, sepertinya hanya satu,” kata IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta.

Pada 2016, pemerintah melelang 14 wilayah kerja migas konvensional yang dibagi menjadi dua mekanisme, yakni lelang secara langsung dan lelang secara tidak langsung. Pada tahun lalu Kementerian ESDM sudah menerima pengajuan pembelian data migas untuk empat WK yang ditawarkan, namun dari empat WK hanya ada tiga data WK migas yang dikembalikan ke Kementerisn ESDM.

“Hanya ada satunya WK yang akhirnya laku dan memiliki pemenang. Tentu ini menjadi salah satu pukulan telak bagi pemerintah dan menandakan masih belum bangkitnya industri migas nasional pasca anjloknya harga minyak dunia,” ungkap Wiratmaja.

Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah untuk bisa mengembalikan gairah investasi di sektor hulu migas. Salah satunya melalui rencana penerapan skema baru dalam kontrak migas yaitu skema gross split.

Menurut Wiratmaja, skema terbaru itu nantinya juga akan diberlakukan bagi bagi WK yang tidak laku pada tahun lalu dan akan kembali dilelang pada tahun ini dengan terlebih dulu dilakukan evaluasi.

“Ya kita lihat yang sekarang tidak laku, bisa kita lelang lagi,” tukasnya.

Sujatmiko, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik Kementerian ESDM, mengungkapkan dalam pemilihan pemenang kontraktor beberapa poin penilaian utama memang harus dipenuhi oleh kontraktor. Poin – poin tersebut menyangkut kemampuan perusahaan dari sisi portofolio teknik serta dari sisi financial untuk memastikan investasi.

“Penilaian teknis terhadap komitmen tiga tahun pertama masa eksplorasi, penilaian kemampuan dan kondisi keuangan, serta penilaian kinerja,” tandasnya.(RI)