JAKARTA – Indonesia dinilai memiliki potensi shale gas dan oil yang besar, namun belum dimanfaatkan sama sekali. Padahal jika dimanfaatkan  optimal, Indonesia tidak perlu lagi bergantung pada fluktuasi harga minyak dunia yang mempengaruhi ekonomi.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kunci sukses untuk mengembangkan oil dan shale gas adalah terletak pada teknologi dan komersial. Misalnya, untuk mengebor satu sumur membutuhkan waktu untuk mengurus perizinan paling tidak dua tahun. Padahal di tempat lain hanya membutuhkan waktu kurang dari sebulan.

“Kalau di West Texas itu izin untuk melakukan drilling hanya dua minggu. Di Indonesia saat sekarang  how long that is take drilling activity? More than two year. Dua tahun dibanding dua minggu,” kata Arcandra di Jakarta, Kamis (19/4).

Menurut Arcandra, jika kondisi terus seperti ini maka pemanfaatan shale oil dan gas tentu hanya menjadi angan – angan. Karena kecepatan sangat diperlukan dalam pengembangan shale oil dan gas.

“Game dari shale oil itu adalah kecepatan melakukan drilling karena apa? Declining curvenya itu sangat tajam. Setahun itu sudah curam sekali, maka diperlukan drilling well selanjutnya yang banyak sekali,” ungkap dia.

Waktu perizinan yang lama dan teknologi untuk berbagai kegiatan untuk pengembangan shale oil dan gas menjadi tantangan besar yang harus dicarikan solusinya.

Menurut Arcandra, peluang lebih bagus akan dimiliki kontraktor dalam pengembangan shale oil dan gas jika menggunakan skema terbaru yang ditawarkan pemerintah, yaitu gross split. Pasalnya, jika menggunakan cost recovery penggunaan teknologi tidak akan maksimal karena menggunakan anggaran milik negara yang penggunaannya pasti akan sangat diawasi.

“Cost recovery, procurement proses harus mengikuti cara procurement government. Ini menurut saya sebuah challenge besar sekali kalau mau mengaplikasikan sebuah teknologi,” papar dia.

Apalagi jika teknologi telah digunakan namun tidak menghasilkan sesuai  target maka dilakukan proses audit yang cukup panjang. Bahkan terancam tindak pidana.

Berbeda jika menggunakan gross split. Dana untuk membiayai proyek atau kegiatan operasi menggunakan dana perusahaan.

Arcandra mengatakan investasi besar untuk teknologi sangat penting guna menggenjot produksi shale oil dan gas. Pada 2007 produksi migas Amerika Serikat sekitar 4,5 juta barel oil per day (BOPD), dalam waktu tujuh tahun meningkatkan menjadi 9,5 juta BOPD didorong kesuksesan dari shale oil dan shale gas.

“Pelaku shale oil dan shale gas di Amerika Serikat ada yang besar ada yang enggak. Kebanyakan adalah untuk kelas midcompany, banyak juga UMKM dengan kebebasan mendapat permit yang simpel, investasi mereka bisa dipacu,” tandas Arcandra.(RI)