SEMILIR angin, deru ombak terdengar dari kejauhan, aliran tenang teduh hutan bakau atau mangrove merupakan pengalaman yang tidak biasa ditemukan dan dirasakan di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

Belitung baru dikenal beberapa tahun terakhir seiring kehadiran film laskar pelangi. Sejak dikenal menjadi negeri laskar pelangi kebanyakan orang hanya tahu tentang pantai dan wisata bahari. Padahal disepanjang pantai ada wisata lain yang patut dinikmati, yakni jelajah hutan mangrove di Desa Sijuk, Belitung.

Sensasi berbeda ditawarkan warga yang mengelola langsung ekowisata di Sijuk. Coba saja telusuri lebatnya hutan mangrove disini, maka Anda seakan masuk ke peradaban lain layaknya menyusuri jalur sungai Amazon.

Ada dua pilihan untuk menyusuri hutan mangrove, pertama dengan berjalan kaki. Ini cocok bagi Anda yang gemar menghabiskan kalori sambil menikmati suasana belantara mangrove.

Kedua, dengan menggunakan kapal bertenaga listrik. Cara inilah yang sangat dianjurkan. Selain lebih menantang adrenalin, Anda juga bisa merasakan sensasi ciamik mesin kapal bertenaga listrik. Transportasi yang tidak mengeluarkan suara sama sekali, sehingga satwa-satwa yang muncul ke permukaan hutan dapat dilihat seiring menaiki kapal.

Perjalanan ini dilakukan hampir setengah jam lamanya, dengan akhir yang indah, yaitu sebuah pemandangan sunset di ujung hutan mangrove. Sebuah pengalaman tidak terlupakan menikmati sunset dengan kapal listrik dikelilingi hutan mangrove.

Dika, salah seorang warga yang ikut mengelola wisata mangrove Sijuk menuturkan dengan kehadiran kapal listrik dari PT PLN (Persero) masyarakat Sijuk bisa meningkatkan kualitas wisata disana.

Pengelola seluruhnya adalah anggota dan komunitas Desa Sijuk dengan melibatkan perangkat desa, pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak.

“Kami bersyukur berkat dukungan kapal listrik dari PLN, pembinaan dan support dari Kementerian Pariwisata. Pemda menjadikan kami semakin mandiri dalam mengelola desa wisata ini,” kata Dika.

Selesai menyusuri hutan mangrove, jangan dulu langsung pulang karena tidak jauh dari Sijuk ada Desa Terong. Tempat dimana Anda bisa merasakan kehidupan masyarakat asli Belitung. Disini para pengunjung dapat menikmati paket wisata, berupa tanam dan panen sayur sawi, makan bedulang, outbound, dan camping.

Makan bedulang merupakan tradisi makan khas Belitung, dimana satu dulang terdiri atas nasi, satu ekor ikan bakar, satu potong ikan sayur (lebih dikenal dengan gangan), cuki goreng, sambal serai, daun singkong dan sayur genjer. Satu dulang cukup untuk dimakan bersama empat orang melingkar.

Lebih dari itu, disini pengunjung juga dapat menikmati pengalaman menganyam dan melukis caping.

Susiana Mutia, General Manager PLN Wilayah Bangka Belitung, mengungkapkan lokasi yang dijadikan sebagai tempat wisata ini merupakan lubang bekas tambang timah.

“Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir warga desa bersama dengan para pemuda kompak menimbun lubang tersebut kemudian mengolahya menjadi kawasan wisata yang menarik untuk dikunjungi,” kata Susiana kepada Dunia Energi disela kunjungan ke Desa Terong, Kamis (15/12).

Dalam melaksanakan program CSR, PLN kata Susiana senantiasa menggandeng segenap stakeholder terkait antara lain perwakilan dari Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, Ketua Destination Management Organization (DMO), dan para kepala desa serta tokoh masyarakat.

Untuk mendorong pertumbuhan pariwisata, saat ini Belitung memiliki kawasan ekonomi khusus (KEK) di Tanjung Kelayang dan kawasan tata kelola destinasi wisata yang ada di Kecamatan Sijuk dan Tanjungpandan.

Selain itu, pengembangan dan pembinaan desa wisata tersebut diiringi dengan konsep pembentukan kawasan desa wisata green energy. Di mana pada desa-desa binaan tersebut didorong untuk menjadi desa tertib listrik dan menggunakan peralatan listrik modern seperti kompor listrik dan perahu motor listrik.

“Adanya bantuan CSR PLN ini diharapkan mampu menyiapkan komunitas-komunitas dan desa-desa yang ada menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi. Nantinya dapat meningkatkan taraf hidup dan kemandirian masyarakat,” tandas Susiana.(Rio Indrawan)