JAKARTA – PT Medco Energi International Tbk (MEDC) membukukan rata-rata produksi minyak dan gas (migas) sebesar 82,4 MBOEPD pada semester pertama  2018. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding rata-rata produksi semester pertama tahun lalu.

Amri Siahaan, Direktur Medco, mengatakan rendahnya produksi migas perseroan diakibatkan  permintaan gas yang juga lebih rendah.

“Namun, perseroan mempertahankan panduan produksi sepanjang 2018 sebesar 85 MBOEPD serta memiliki kapasitas untuk pengiriman hingga 100 MBOEPD, tergantung pada permintaan dari pelanggan gas,” ujar Amri di Jakarta, Senin (27/8).

Menurut Amri, ramp up penjualan gas Aceh dimulai pada Agustus 2018, dengan nilai proyek di bawah anggaran. Secara keseluruhan, Medco Energi mencatatkan biaya tunai per unit sebesar US$8,5 per BOE, yang sejalan dengan target dan strategi perusahaan.

Kapasitas terpasang kotor anak usaha, PT Medco Power lndonesia, naik 20% year-on-year menjadi 2.795 megawatt (MW) setelah beroperasi secara komersial pada  Mei lalu dari unit ketiga dan terakhir dari fase satu fasilitas Sarulla Geothermal. Medco Power Indonesia tercatat berhasil mengumpulkan Rp 1,2 triliun dalam obligasi konservatif dan obligasi syariah dalam transaksi pasar modal pertamanya.

Sementara itu, PT Amman Mineral Nusa Tenggara  telah meningkatkan pembangunan tahap 7 ke kapasitas penuh dan mendapatkan fasilitas pertama dari bank internasional. Amman juga sedang dalam proses penunjukan kontraktor untuk tahap Front End Engineering and Design dalam rencana pembangunan pabrik smelter-nya.

Amri mengatakan kinerja operasional yang kuat dan fokus pada biaya memungkinkan perseroan untuk memanfaatkan harga komoditas yang membaik pada saat ini. “Dengan selesainya proyek tahap 1 Sarulla Geothermal dan telah beroperasinya secara komersial, dan ditambah dengan commissioning Block A Aceh, kami harus memastikan kelancaran operasi kedua proyek tersebut agar terus memberikan hasil yang lebih baik,” kata Amri.

Pada semester pertama 2018, EBITDA Medco Energi menunjukkan level yang kuat tercatat sebesar US$301,3 juta atau 50,4% lebih tinggi dari semester pertama 2017 yang didorong harga komoditas yang membaik dan volume yang stabil, dengan konsolidasi Medco Power.

Selain itu, harga minyak dan gas meningkat 35% dan 9% menjadi US$66,8/bbl dan US$6,0/ mmbtu masing-masing dan harga tenaga rata-rata naik 56% menjadi 4,19¢/kwh, tidak termasuk bahan bakar.

Medco Energi membukukan laba kotor US$319,8 juta, 61,5% lebih tinggi dari semester pertama 2017, dengan margin laba kotor 55% dari sebelumnya 49% pada semester pertama 2017. Perseroan membukukan laba bersih sebesar US$ 41,4 juta atau 35% lebih rendah dari semester pertama 2017, dengan peningkatan kinerja minyak dan gas, namun diikuti oleh pengeluaran dalam afiliasi penambangan Amman Mineral yang sedang mempercepat pembangunan fase 7 tambang Batu Hijau.

Rasio utang bersih perseroan terhadap EBlTDA yang dianualisasi adalah 3,5x, atau 3,2x tanpa memasukkan Medco Power.

Efisiensi dan penjadwalan ulang program pengeboran maupun proyek, serta nilai tukar mata uang telah memungkinkan perseroan untuk memangkas panduan belanja modal  2018 sebesar 15%.

“Lebih dari 95% pendapatan semester pertama perseroan diterima dalam dolar AS, dan sekitar 60% pengeluaran dibayar dalam rupiah,” kata Amri.(RA)