JAKARTA –  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menunggu permohonan PT Pertamina (Persero)  untuk mengubah surat keputusan yang mengizinkan Pertamina membagi hak partisipasi hingga maksimal 39% di Blok Mahakam.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, menegaskan Pertamina diminta untuk berbicara secara business to business dengan PT Total E&P Indonesie jika ingin membagi saham di Blok Mahakam. Setelah disepakati secara bisnis, baru nanti dilaporkan ke pemerintah. Jika Pertamina setuju untuk memberikan 39% saham di Blok Mahakam maka baru pemerintah akan mengubah surat tugas kepada Pertamina terkait batas saham yang bisa dilepas.

“Kita lagi menunggu kalau Pertamina butuh sharedown 39% silahkan tulis surat ke kita,” kata Jonan di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (28/9).

Jonan mengatakan pemerintah memberikan kebebasan kepada Pertamina untuk bernegosiasi dengan Total,  berapapun share yang mau dilepas. Namun Pertamina harus tetap memiliki saham di Blok Mahakam minimal 51%.

“Pertamina mau sharedown misalnya ke Total 5% silakan sepakat lagi 25% silahkan. Sharedown berapapun boleh, hanya Pertamina minimal harus 51%,” tegas dia.

Jonan menegaskan berapapun share yang diserahkan nantinya pemerintah tetap meminta untuk menjaga performa produki Blok Mahakam agar tidak anjlok.

“Produksi jangan turun. Kalau turun didiskusikan bisa diterima tidak secara teknis,” kata dia.

Pemerintah juga meminta Pertamina melakukan efisiensi secara maksimal, terutama dari sisi biaya produksi. Biaya produksi satu barel minyak tidak boleh lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor existing.

Gigih Prakoso, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina,  mengungkapkan Pertamina telah melakukan pembicaraan dengan Total, namun sampai saat ini belum menerima respon dari perusahaan asal Amerika Serikat tersebut yang kontraknya akan habis pada tahun depan.

“Sebenarnya kita dengan Total sudah ada pembicaraan sesuai dengan arahan pemerintah, kita tunggu responnya. . Kita sudah sampaikan program-program kita di sana,” kata Gigih.

Sampai saat ini valuasi aset juga belum dilakukan korporat.

Menurut Gigih, valuasi lebih baik dilakukan oleh kedua belah pihak agar tidak ada klaim sepihak terkait perhitungan mana yang paling benar.

Pertamina juga menyambut positif jika Total bisa masuk mengelola Blok Mahakam, karena dengan demikian tidak hanya bisa sharing risiko dan finansial, tapi juga pengalaman serta teknologi.

“Secara manajemen welcome kita terbuka untuk kerja sama. SIlahkan Pertamina banyak penugasan juga tidak hanya Mahakam, itu tidak mungkin kita lakukan sendiri. Artinya kita welcome dengan existing ataupun dengan yang baru,” tegas Gigih.

Giigih berharap jika Total benar-benar masuk ke Blok Mahakam,  proses bergabungnya bisa diselesaikan sebelum kontrak Pertamina di sana dimulai. “Akan lebih bagus kalau di awal-awal sudah bersama dari pada di tengah-tengahkan,” tandas Gigih.)